PKPPS Subulussalam mengadakan LDKS bagi peserta didik tingkat Wustho/SMP dan Ulya/SMA dengan tema “Menguatkan Karakter Pemimpin yang Unggul dan Berbudi Luhur” mulai Sabtu (12/8) hingga Senin (14/8) di Villa Fatma, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur.
Kegiatan tersebut diikuti oleh 152 peserta didik dengan tujuan membekali siswa mengenai kepemimpinan dalam organisasi khususnya OSIS.
“Karena OSIS merupakan organisasi yang ada di lingkungan sekolah, jadi baik tidaknya sekolah tergantung pada kinerja kepengurusan OSIS dalam menjalankan roda organisasi,” ujar Eko W Boediatmoko, Kepala PKPPS Subulussalam yang akrab dipanggiil Budi.
Budi juga menjelaskan bahwa selain melatih kepemimpinan dasar siswa-siswi PKPPS Subulusalam, LDKS diharapkan membuat peserta didik dapat berorganisasi dengan baik dan menggali potensi calon-calon pengurus OSIS periode 2023-2024.
“Melalui kegiatan LDKS ini saya harap peserta didik mampu mengelola organisasi OSIS dengan lebih berkualitas,” sahut Budi.
Dalam acara tersebut peserta didik juga diberikan wawasan tentang kepemimpinan yang disampaikan oleh Agus Mardiarto. Ia menyampaikan bahwa pemimpin Itu adalah sebuah tindakan bukan kedudukan.
“Tak hanya sebagai kedudukan, tapi dikatakan sebagai pemimpin, jika seseorang itu dapat mempengaruhi orang lain,” ujar Agus.
Selain itu ia juga menyampaikan tentang beberapa gaya kepemimpinan, yang pertama adalah gaya otoriter (memaksa) yang mana semua anggota harus menuruti perintah tersebut tanpa boleh berargumen.
“Semua keputusan dibuat oleh pemimpin dan harus dilaksanakan,” terangnya.
Tapi tidak selamanya gaya otoriter itu buruk karena gaya otoriter memiliki ciri khas yaitu perintahnya jelas dan tegas sehingga dapat digunakan di saat-saat kritis.
“Disaat-saat mendesak atau kritis. Keputusan yang tepat dan cepat sangat diperlukan,” ujarnya.
Gaya kepemimpinan yang kedua adalah gaya demokratis (terpimpin) yakni sebelum mengambil sebuah keputusan, seorang pemimpin selalu mengajak diskusi para anggotanya untuk berdiskusi/musyawarah dalam membuat pemecahan masalah.
“Dalam gaya kepemimpinan secara demokratis pimpinan juga bersedia melimpahkan wewenang pada bawahannya,” jelas Agus.
Pelimpahan wewenang, bukan berarti bahwa pemimpin tersebut tidak perduli dan lepas tangan. Namun seorang pemimpin tersebut berusaha untuk memberikan suatu kepercayaan kepada bawahannya.
“Anggota mengungkapkan gagasan, lalu pemimpin mengarahkan,” ujar Agus.
Lalu gaya kepemimpinan yang ketiga yaitu gaya bebas, yakni anggota diberi kebebasan mengembangkan kreasinya tanpa ada aturan dan batasan.
“Gaya kepemimpinan yang bebas merupakan gaya yang tidak terarah, karena semua tindakan terserah bawahannya,” tambah Agus.
Setelah memberikan bekal tentang tiga gaya kepemimpinan. Agus juga menyampaikan bahwa setiap manusia bebas dalam memilih gaya kepemimpinannya sendiri.
“Sekarang tinggal memilih memilah kita mau tipe yang mana dan kita tentukan sendiri tipe mana yang paling baik,” pungkasnya. (ysy)
terus bergerak vina generasi muda