Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jawa Timur Eddy Supriyanto mengingatkan masyarakat, agar tidak berkegiatan yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Kekayaan Indonesia karena keberagaman suku, agama, ras dan golongan dengan berbagai kepentingan politiknya, maka jangan sampai dirusak oleh ujaran kebencian.
Hal tersebut ditegaskan Eddy Supriyanto usai menerima audiensi Ketua DPW LDII Jawa Timur Amrodji Konawi dan jajaran pengurus harian dan dewan penasihat, di kantor Bakesbangpol Jawa Timur, Surabaya, pada Kamis (7/9).
“Kita ini kan dari berbagai suku, agama, ras, golongan bahkan beberapa kepentingan-kepentingan politik. Jadi kebanyakan mereka tidak memahami berbeda untuk bersama. Jadi kalau ada masalah sedikit saja, akhirnya membully, membuat ujaran-ujaran kebencian dan sebagainya,” kata Eddy.
Penanganan para pelaku ujaran kebencian, tambah Eddy, sudah diatur dengan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. “Itu sudah ada Surat Edaran dari Kepolisian. Tugas kami dari pemerintah menyosialisasikan kepada semua pihak. Awal munculnya konflik, salah satunya adalah dari ujaran kebencian,” ujarnya.
Ia pun mencontohkan dampak pelontaran ujaran kebencian, seperti perusakan dan kekerasan yang mengakibatkan kematian. Menurutnya, meredam ujaran kebencian bukan hanya tugas pemerintah tapi seluruh masyarakat, “Kalau ada yang sudah menimbulkan konflik, kerusakan dan sebagainya, pasti ada ketentuan hukum dari aparat sesuai perundangan yang berlaku. Maka, bila masih bisa kita rangkul, supaya tidak diulangi lagi karena itu sangat merusak dan bisa mengganggu keamanan,” jelas Eddy.
Bagi Eddy, ujaran kebencian merupakan pemicu konflik. Karenanya ia mengimbau masyarakat agar lebih bijak memilah informasi, “Kami berpesan kepada masyarakat agar bijak dan pintar menggunakan media sosial. Karena media sosial itu bisa menjadikan kita sukses ataupun hancur. Media sosial kalau kita gunakan secara positif, untuk kepentingan pembelajaran teknologi, itu pasti membangun. Tapi kalau itu dipakai untuk ujaran kebencian, memfitnah, membully dan lain sebagainya, itu akan merusak generasi bangsa,” papar Eddy.
Ia berharap masyarakat bisa mengendalikan emosinya serta mau menerima beragam perbedaan yang ada. “Maka dari kami, pertama, memohon supaya masyarakat bijak. Kedua, kita dari berbagai kepentingan atau kelompok masyarakat, kita harus menjaga hati, ucapan kita. Carilah saudara sebanyak-banyaknya. Jangan sampai menyinggung atau membuat orang lain marah. Kita menahan karena kita berbeda untuk bersama. Kekayaaan kita itu beda. Kalau ada selisih paham, semua bisa diselesaikan secara musyawarah mufakat, secara kekeluargaan,” harapnya.
Terkait Pemilu yang akan datang, Eddy menyatakan, semua calon pemimpin baik itu capres- cawapares, calon gubernur-cawagub, calon legislator dan sebagainya, mereka adalah orang-orang pilihan. Mereka sudah melalui proses politik sesuai peraturan perundang-undangan. “Kami berpesan kepada masyarakat, siapapun yang terpilih, mereka adalah pilihan masyarakat. Itu adalah wakil kita. Siapapun yang menang harus kita terima dan hormati untuk lima tahun ke depan,” ujar Eddy.
Ia berharap, masyarakat tak ikut-ikutan berselisih karena perbedaaan pilihan. “Nanti kalau misalnya kurang cocok atau kurang pas, mungkin lima tahun ke depan memilih yang lain. Mereka yang menang berteman dengan yang kalah, bersaudara. Jadi masyarakat yang di bawah jangan sampai bermusuhan karena berbeda pilihan,” tambahnya.
Senada dengan Kepala Bakesbangpol, Ketua DPW LDII Jawa Timur Amrodji Konawi menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara besar dengan segala kemajemukannya. “Kita banyak suku, ras, bahkan juga agama bermacam-macam. Jangankan agamanya, di dalam internal agama itu ormasnya juga bermacam-macam. Bicara masalah perbedaan satu agama dengan agama lain, atau ormas satu dengan lainnya, pasti ada perbedaannya. Ini adalah sebuah kekayaan Indonesia, kita harus berangkulan satu sama lain, saling menjaga toleransi,“ ujar Amrodji.
Terkait Tahun Pemilu, Amrodji menambahkan, bahwa LDII menyarankan warganya untuk bersikap netral aktif. Netral artinya tidak condong pada partai tertentu, sedangkan aktif berarti tidak boleh golput dan bebas menggunakan hak politiknya untuk memilih ataupun dipilih.