LDII JATIM
  • BERANDA
  • BERITA
    • NASIONAL
    • SEPUTAR JATIM
    • LINTAS DAERAH
  • TENTANG KAMI
    • SEJARAH ORMAS LDII
    • SUSUNAN PENGURUS DPW LDII JAWA TIMUR 2020-2025
    • SUSUNAN PENGURUS WANITA LDII JAWA TIMUR
    • SUSUNAN PENGURUS PEMUDA LDII JAWA TIMUR
  • DAFTAR WEBSITE LDII
  • HUBUNGI KAMI
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BERITA
    • NASIONAL
    • SEPUTAR JATIM
    • LINTAS DAERAH
  • TENTANG KAMI
    • SEJARAH ORMAS LDII
    • SUSUNAN PENGURUS DPW LDII JAWA TIMUR 2020-2025
    • SUSUNAN PENGURUS WANITA LDII JAWA TIMUR
    • SUSUNAN PENGURUS PEMUDA LDII JAWA TIMUR
  • DAFTAR WEBSITE LDII
  • HUBUNGI KAMI
No Result
View All Result
LDII JATIM
No Result
View All Result
Home EDITORIAL

Bijak “Memakan” Bumi

Kontributor_Jatim by Kontributor_Jatim
11 Mei 2016
in EDITORIAL
47 1
A A
0
Bijak “Memakan” Bumi
45
SHARES
48
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mengapa Allah SWT dan Rasulullah SAW melarang manusia membuang-buang makanan alias memubazirkan makanan? Bahkan Alquran surat Al Isra menyebut perilaku mubazir adalah perilaku kawannya setan. Mari diurai betapa berbahayanya membuang-buang makanan.

Badan PBB untuk urusan pangan United Nation Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan bahwa 1,3 miliar ton makanan dibuang sia-sia. Sekitar 222 juta ton dari kesemua makanan itu dibuang oleh negara-negara kaya. Di sisi lain, sekitar 1 dari 7 orang di dunia kelaparan. Lebih dari 20.000 anak usia dibawah lima tahun meninggal kelaparan. Jika tidak ada tindak lanjut, maka bumi harus “bekerja” ekstra keras untuk memberi makan untuk sekitar 7 miliar penghuninya yang mungkin di tahun 2050 akan menjadi 9 miliar.

Kementerian Lingkungan Hidup menyodorkan data sekitar 100 ribu ton lebih perhari produksi sampah organik Indonesia, hanya 2,2 % saja yang diolah menjadi kompos. Sisanya menjadi sampah yang terbuang begitu saja. Terbayang betapa banyaknya makanan yang selama ini terbuang sia-sia. Dan bayangkan jika itu bisa dialihkan untuk yang lebih membutuhkan, sehingga tidak ada lagi yang kelaparan, bahkan mati kelaparan. Tapi efek dari “buang-buang” makanan ini tidak hanya pada manusia yang kelaparan, tapi juga pada bumi.

Makanan yang terbuang akan menjadi limbah bagi bumi. Sisa makanan ini akan membusuk kemudian menghasilkan gas metan. Dan gas metan bisa “mengukus” bumi 23 kali lipat lebih ganas dari pada CO2. Padahal, manusia sudah terlalu banyak membakar sehingga menumpuk CO2, sekarang di tambah lagi metan. Bisa-bisa, manusialah yang akan dibakar balik oleh bumi.

Tidak hanya itu, untuk memproduksi panganan apapun, hewani maupun nabati, pasti membutuhkan air bersih. Itu artinya membuang makanan juga berarti membuang air. Misalnya saja, untuk memproduksi 1 liter susu saja membutuhkan 1.000 liter air bersih, 1 kg beras membutuhkan 1.912 liter air, 1 kg gandum membutuhkan sekitar 900 liter air, dan lain-lain. Padahal sekitar 1,2 miliar orang tidak mendapat akses ke air bersih. Belum lagi ditambah hutan yang berkurang karena terus ditebang mengurangi stok air bersih di dalam tanah.

Di tambah lagi dengan impor bahan pangan yang masih saja kita lakukan, entah karena kita yang belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, atau minimnya kesadaran masyarakat umum lebih mengutamakan mengkonsumsi produk lokal, atau bahkan konspirasi lainnya. Tidak sedikit bahan makanan yang kita impor, yaitu sekitar 49,3% dari kebutuhan nasional. Beras, daging, kedelai, sayur, buah, hingga pakan ternak, semua kita impor. Amerika, Cina, Thailand, India, dan negara lainnya sebagai sumber bahan pangan kita. Impor ini akan memberikan dampak pada meningkatnya emisi dari transportasi makanan dan bahan makanan. Bayangkan makanan yang dipindahkan dari negara satu ke negara lainnya, berkilo-kilo meter ditempuh, dan asap mengebul keluar dari kapal-kapal yang membawanya. Itu juga setelah sampai di tempat tujuan, lalu dimasak dan matang di atas meja kita, banyak yang terbuang sia-sia. Betapa perjalanan yang sia-sia pula.

Lalu, manusia harus bagaimana? Menghabiskan makanan yang sudah tersaji? Para pakar diet menyatakan bahwa kebiasaan menghabiskan makanan di piring sementara perut sudah penuh akan menunjang kegemukan di usia dewasa. Juga tidak baik untuk pencernaan karena menyusahkan sistem pencernaan untuk mengolah semua pangan yang tak perlu tapi dipaksa masuk. Di sisi lain, membiarkan nasi bersisa juga merupakan pemborosan sumber daya alam bumi. Selain makanan itu akan menjadi limbah yang akan menghasilkan metan, atas nama kemanusiaan, saya juga tidak tega membuang makanan sementara di tempat lain banyak orang kelaparan.

Lalu? Apa yang harus kita lakukan?

Di Hongkong dengan mudah menemukan orang yang mengorek-ngorek tempat sampah, sementara yang lainnya sedang berjalan-jalan dengan mobil mewah, mendirikan dapur umum bernama “Food Angel”. Adalah Regina Leung, seorang istri kepala pemerintahan Hongkong, yang memiliki ide mendirikan dapur umum ini. Dapur umum ini dibuka di beberapa titik di Hongkong. Dapur ini menampung makanan-makanan sisa dari bandara,restoran, supermarket hingga pasar. Kemudian, oleh para koki sukarelawan mengolah bahan makanan itu sedemikian rupa, lalu dibagikan gratis, utamanya untuk para lansia yang tidak mampu.

Di Amerika sekitar 30% pangannya masuk tempat sampah, yang juga berarti pembuangan uang US$ 48,3 miliar per tahun, yang mana separuh dari uang tersebut adalah harga yang harus digunakan untuk membeli air bersih. Pemerintah AS bahkan menghabiskan uang sebanyak makanan yang dibuang rakyatnya, hanya untuk melakukan kampanye tak membuang makanan.

Mulai dari mengajari masyarakat memanfaatkan sisa-sisa panganan untuk membuat masakan pendamping, hingga mencegah agar makanan tidak sering gosong. Solusi lainnya adalah dengan menyumbang kelebihan makanan pada orang yang tak mampu, hingga memberikan sisa makanan pada binatang ternak seperti kuda, sapi dan babi.

Di Indonesia, Surabaya tepatnya, sisa makanan ini dijadikan bahan baku biogas untuk dijadikan energi. Makanan sisa dimasukkan kedalam tabung digester, lalu membusuk dan menghasilkan metan. Gas metan tersebut diambil kemudian digunakan untuk memasak. Lalu ampas dari sisa makanan tadi dijadikan kompos. Walaupun program ini masih hasil kerjasama dengan Singapura, namun patut diacungi jempol.

Harus seribet itukah solusinya? Tidak juga. Ada yang sederhana, yaitu ambillah makanan secukupnya, lalu makan sampai habis. Kalau masih lapar, boleh nambah. Tapi ingat, nabi menyunahkan untuk membagi perut menjadi 3 bagian, yaitu 1/3 untuk makanan, 1/3 untuk minuman dan 1/3 lagi untuk udara. Jadi perut tidak benar-benar penuh dengan makanan atau minuman, atau dengan kata lain, berhenti makanlah sebelum kenyang. Karena kalau kekenyangan juga tidak baik bagi pencernaan, juga dapat mengakibatkan kegemukan. Kalo kelaparan juga bisa bikin sakit. Jadi secukupnya. Kalaumengambil berlebihan terus bersisa, tahu sendiri akibatnya, seperti yang sudah saya tulis di atas. Maka kemudian wajarlah Allah SWT dan Rasulullah menyatakan mereka yang melakukan mubadzir itu adalah temannya setan. (Defrian/foto: mirror.co.uk, butobu.rs/LINES)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
5 sukses ramadhan

Kunci 5 Sukses Ramadhan

7 April 2022
Sejarah dan Profil Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri

Sejarah dan Profil Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri

10 November 2016
Foto: http://dakwahislam.net/

Keutamaan Membaca Al-Qur’an di Bulan Ramadhan

8 Juni 2016
⁠⁠⁠Profil Pondok Pesantren Gadingmangu

⁠⁠⁠Profil Pondok Pesantren Gadingmangu

10 November 2016
workshop digital marketing ldii bangkalan

Gelar Workshop Digital Marketing, LDII Bangkalan Dorong Generasi Muda Jadi Entrepreneur

10
Pelatihan rukyatul hilal untuk penentuan 1 Syawal oleh DPW LDII Jawa Timur pada Sabtu (15/4) di Gedung DPD LDII Gresik. Dok: Lines.

Persiapan Idul Fitri, LDII Jatim Adakan Pelatihan Penentuan Hilal Awal Syawal

8
Prof. Dr. Ir. Dedid Cahya Happyanto, MT dikukuhkan sebagai Guru Besar Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) di Ruang Auditorium, Gedung Pascasarjana PENS, Surabaya, Selasa (21/3). Dok: LINES.

Kembangkan Mobil Listrik, Ketua PERSINAS ASAD Jatim Dikukuhkan Jadi Guru Besar ke-4 PENS

7
Ketua DPW LDII Amrodji Konawi didampingi pengurus harian, saat silaturahim Syawal di Kediaman KH. Hasan Mutawakkil Alalloh Ketum MUI Jatim di Probolinggo, pada 25 April 2023.

Safari Silaturahim Syawal LDII Jatim untuk Pererat Ukhuwah Islamiyah

6
LDII Hadiri Raker dan Halal Bihalal MUI Kabupaten Bandung

LDII Hadiri Raker dan Halal Bihalal MUI Kabupaten Bandung

5 Mei 2025
Wali Kota Kediri Vinanda berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah, Kota Kediri, pada Kamis (10/4). Dok: LINES.

Ponpes Wali Barokah Terima Kunjungan Safari Idul Fitri Wali Kota Vinanda, Siap Kolaborasi Wujudkan Kota Kediri MAPAN

14 April 2025
Beberapa perguruan pencak silat Jawa Timur menggelar Silaturahim Syawal 1446 H di Agis Restaurant, Surabaya, pada Selasa Sore (8/4). Dok: LINES.

Silaturahim Antarperguruan Pencak Silat, Perkuat Persaudaraan dan Ciptakan Kondusivitas di Jatim

9 April 2025
Sebanyak 15 ketua perguruan pencak silat yang tergabung dalam Paguyuban Pencak Silat Madiun berkumpul di Ballroom Aston Hotel Madiun dalam tajuk Silaturahim Syawal, pada Senin (7/4). Dok: LINES.

15 Ketua Perguruan Pencak Silat Madiun Gelar Silaturahim Syawal Perkuat Persaudaraan

9 April 2025
  • BERANDA
  • REDAKSI
  • HUBUNGI KAMI
  • TENTANG KAMI
Hubungi: 031-8285518

© 2024 Biro Komunikasi, Informasi dan Media - DPW LDII Jawa Timur.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BERITA
    • NASIONAL
    • SEPUTAR JATIM
    • EDUKASI
    • LINTAS DAERAH
  • TENTANG KAMI
    • SEJARAH ORMAS LDII
    • SUSUNAN PENGURUS DPW LDII JAWA TIMUR 2020-2025
    • SUSUNAN PENGURUS WANITA LDII JAWA TIMUR
    • SUSUNAN PENGURUS PEMUDA LDII JAWA TIMUR
  • HUBUNGI KAMI
  • DAFTAR WEBSITE LDII

© 2024 Biro Komunikasi, Informasi dan Media - DPW LDII Jawa Timur.