Wakil Wali Kota (Wawali) Yogyakarta Heroe Poerwadi membuka Musyawarah Daerah (Musda) VII LDII di Balai Kota Yogyakarta, Senin (16/5).
Pada sambutannya ia mengatakan selama dua tahun masa pandemi, masyarakat semakin kreatif dan inovatif, serta jiwa sosial atau persaudaraan semakin kuat dalam bergotong royong membantua antarsesama.
“Aplikasinya pada beberapa program yang diluncurkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, seperti masyarakat di pasar tradisional diajak untuk mulai bertransaksi digital,” tutur Heroe.
Ia mengatakan vaksinasi di Kota Yogyakarta mencapai 257 persen dan vaksinasi booster mencapai 82 persen, “Pencapaian ini diharapkan memberikan efek kekebalan dan tidak ada lagi kasus di Kota Yogyakarta,” katanya.
Di samping itu, Wawali mengingatkan bahwa saat ini Indonesia masih bergantung pada luar negeri, “Ini menjadi tantangan kita, bahan pokok seperti beras, kedelai, buah, daging kita masih impor. Kalau kita tidak punya andalan senjata maka akan ketinggalan. Maka solusinya adalah memiliki program kemandirian pangan. Dengan demikian kita menjadi mandiri dan tidak punya rasa khawatir ketika tidak lagi impor,” terangnya.
Musda, kata Wawali, adalah sarana permusyawaratan, memilih pimpinan dan pengurus, serta menyusun program dan rencana kegiatan. “Kami mendorong LDII untuk berkontribusi, merencanakan kegiatan dan aksi nyata dengan melibatkan masyarakat. Semoga program LDII ke depan bisa bersinergi dengan masyarakat, pemerintah dan bersama memajukan Kota Yogyakarta,” pesan Heroe saat membuka Musda VII DPD LDII Kota Yogyakarta dilanjutkan pemukulan gong.
Ketua DPW LDII DIY Atus Syahbudin dalam sambutannya mengapresiasi kepemimpinan Pemerintah Kota Yogyakarta saat ini, “Banyak inovasi yang dimunculkan diantaranya Gandeng Gendong, Restorasi Sumbu Filosofi, modernisasi pasar-pasar tradisional dan Kampung Pancasila,” paparnya.
Terkait isu klithih, LDII berusaha melakukan pencegahan melalui pembinaan agama mulai usia PAUD, praremaja, remaja hingga usia sebelum menikah. Melalui pembinaan ini diharapkan menjadi generasi yang alim faqih, berakhlakul karimah, dan mandiri.
“LDII juga memberikan pendidikan pranikah, sementara di KUA juga ada pembekalan pranikah sehingga ini bisa saling melengkapi,” katanya.
Sementara itu, Ketua DPD LDII Kota Yogyakarta H Soedarsono melaporkan, terdapat sembilan Pimpinan Cabang (PC) di tingkat kemantren dari 14 kemantren yang ada di Kota Yogyakarta. Yaitu PC Gondokusuman, PC Gondomanan, PC Jetis, PC Kotagede, PC Mantrijeron, PC Pakualaman, PC Tegalrejo, PC Umbulharjo, dan PC Wirobrajan.
“Di setiap PC, LDII melakukan pembinaan terhadap warganya dari hulu sampai hilir dengan memperbanyak belajar ilmu Alquran dan Assunah,” kata Soedarsono.
Dalam bidang ekonomi, LDII membentuk unit Usaha Bersama (UB) yaitu unit usaha semacam koperasi untuk membantu meringankan beban ekonomi warga LDII, terdiri dari unit usaha penyediaan sembako dan pembiayaan syariah.
“Program UB ini sesuai dengan program Gandeng Gendong yang dijalankan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, dengan demikian LDII telah berpartisipasi dalam program pemberdayaan ekonomi masyarakat,” jelasnya.
Selain Wawali Kota Yogyakarta, hadir pula Kepala Badan Kesbangpol Kota Yogyakarta Budi Santosa, MUI Kota Yogyakarta yang diwakili Abdul Halim, Kasi Bimas Islam Kemenag Kota Yogyakarta Saiful Anwar, Pasi Intel Kodim 0734/Yogyakarta Kapten Infanteri Makkasau, Bagian Kesra Kota Yogyakarta Hibnu Basuki, dan Kasat Samapta Polres Kota Yogyakarta AKP Muhammad Sholeh.