Pelaksanaan asrama Syarah Asma’ Allah Al-Husna di Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri memasuki hari ketiga pada Rabu (9/3) ini. Materi asrama yang diikuti sekitar 20 ribu lebih warga LDII dari seluruh Indonesia dan alumni pondok pesantren Wali Barokah dari Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Singapura, Jepang, Suriname, dan berbagai negara lainnya ini akan tuntas dikajikan pada hari ini juga.
“Asrama ini merupakan upaya LDII untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap nama-nama Allah SWT, sehingga warga LDII dapat mengambil hikmah untuk melakukan hal-hal yang disenangi oleh Allah. Misalnya sifat Allah yang Arrohman, mengingatkan agar umat Islam juga memiliki sifat pengasih,” papar Ketua DPP LDII Chriswanto Santoso.
Adapun peserta asrama yang mendaftar secara khusus mencapai 7 ribu orang, mereka adalah utusan DPD Kabupaten/Kota dari seluruh Indonesia dan alumni Pondok Pesantren Wali Barokah dari berbagai penjuru negara. Sementara warga LDII yang spontan hadir mencapai 12 ribu orang lebih. Selain itu ditambah dengan siswa siswi pondok yang berjumlah sekitar 5 ribu orang.
Menurut Chriswanto, proses persiapan asrama dilakukan selama setahun terakhir. Ada kajian mendalam melalui Alquran dan Alhadist serta kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama, mengenai 99 nama Allah SWT. Tiap ulama mengajukan referensi, lalu dikaji serta didiskusikan. Hasilnya menjadi sebuah kitab Syarah Asma’ Allah Al-Husna, yang kemudian dikoreksi lagi sebelum diajarkan pada peserta asrama.
“Setelah siap, Majelis Al-Taujih wa Al-Irsyad memutuskan menggelar asrama di Pesantren Wali Barokah mulai 7 hingga 10 Maret,” ujar Chriswanto. Tiga ulama muda LDII didaulat sebagai penyampai kajian Syarah Asma’ Allah Al-Husna, antara lain KH Kholil Asyari, KH Abdul Aziz Ridwan, dan KH Abdullah Mas’ud.
Pelaksanaan asrama Syarah Asmaul Husna ini selain untuk meningkatkan pemahaman agama, juga membawa dampak positif secara ekonomi bagi warga sekitar pondok.
“Pengeluaran rata-rata mereka untuk konsumsi mencapai rata-rata Rp 100 ribu per hari. Bila dikalikan 20 ribu, artinya perputaran uang dalam asrama ini mencapai Rp 2 miliar per hari,” ujar Chriswanto.
Selain konsumsi, perputaran uang terjadi pada sektor penginapan. Warga LDII ada yang menginap di hotel dan rumah-rumah warga sekitar pondok, yang dipatok rata-rata Rp 2 juta per rumah selama empat hari asrama. Harga sewa kamar atau kost pun meningkat hingga 100-200 persen.
Dari pemantauan wartawan LDII News Network (LINES), omzet pedagang di sekitar Ponpes Wali Barokah mengalami peningkatan hingga 200 persen. Selain warga setempat, beberapa pedagang ini datang dari luar Kediri.
Warung Depot Jawara misalnya, yang biasanya memperoleh penghasilan Rp 800 ribu per hari meningkat menjadi Rp 2,5 juta per hari. Warung ini juga harus menyediakan 250 porsi setiap hari, yang langsung ludes dibeli peserta asrama.
Rezeki juga mengalir ke kantong Dita (23 tahun), yang berdagang es jus di gerbang selatan pondok. Omzet sehari-hari Dita mencapai Rp 300-350 ribu, namun saat asrama meningkat hingga 100 persen atau Rp 600 ribu per hari.
“Saya harus mengambil bahan baku sehari dua kali, kira-kira per hari menghabiskan 200 gelas es jus,” ujar Dita. Ia berharap, pesantren di Kediri sering menggelar kegiatan asrama atau seremoni lainnya. Hal itu menurutnya bisa membantu meningkatkan ekonomi rakyat kecil.
Hal senada diungkapkan Biem, (55 tahun) yang sehari-hari menjadi tukang becak. Ia biasanya mangkal di dekat Pesantren Wali Barokah. Tukang becak ini mengaku mendapat kenaikan pendapatan pula. Jika pada hari-hari biasa ia kalah bersaing dengan ojek ataupun angkot yang kian marak bersliweran di Kediri. “Biasanya sehari saya bisa mengumpulkan Rp 20 ribu, namun saat asrama bisa mencapai Rp 60 ribu,” papar Biem.
Sementara itu keuntungan berlipat juga dinikmati pedagang pakaian. M. Faqih (35 tahun) asal Solo, dalam tiga hari ia berhasil meraih omzet Rp 15 juta, dengan keuntungan 40 persen atau sekitar Rp 6 juta. “Keuntungan bersih mencapai Rp 200-300 ribu per hari di hari normal, pada asrama rezeki bisa berlipat,” ujar Faqih.
Untuk itu, tak berlebihan jika Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menyambut gembira perhelatan asrama Syarah Asmaul Husna. Menurut Abdullah, perhelatan asrama seperti yang dilakukan LDII mendorong terjadinya multiplier effect bagi para pelaku usaha dan warga Kediri. Keberadaan berbagai pondok pesantren menjadikan Kediri berpotensi sebagai pusat wisata religi. Dengan demikian, mengalirnya wisatawan atau santri dari berbagai kota otomatis akan mendorong perputaran ekonomi di Kediri.