Valentine Day yang disimbolkan sebagai hari kasih sayang bagi generasi muda yang merupakan tradisi Barat. Banyak hal yang dilakukan generasi muda untuk merayakan (memaknai) Valentine day diantaranya, untuk mengucapkan kasih sayang mereka ke pasangannya atau yang dicintainya mereka saling mengirim cokelat, bunga, kartu ucapan bahkan merebak ke pesta sex.
Rupanya valentine day ini mulai ditiru sebagian besar generasi muda bangsa Indonesia. Agar generasi tidak terjebak dalam tradisi itu DPD LDII kota Surabaya bekerjasama walikota dan Korem 084 Bhaskara Jaya menggelar “Sarasehan Wawasan Kebangsaan” yang diselenggarakan di Aula Ponpes LDII Sabilurrasyidin, Gayungan, Sabtu (14/2).
Marilah Kita Kembali ke Jati Diri Bangsa
Dihadapan peserta sarasehan walikota Surabaya Ir. Hj. Tri Rismaharini, MT. mengingatkan, bahwa kalau kita masih mencintai bangsa dan tidak menginginkan bangsa ini hancur oleh pengaruh globalisasi, maka satu-satu jalan adalah kembali ke jati diri bangsa yaitu senantiasa mempertahankan Pancasila, UUD 1945, Bhinnneka Tunggal Ika dan NKRI.
“Bangsa lain senantiasa berusaha menguasai NKRI tidak dengan penjajahan/kekuatan militer, tetapi cukup dengan merusak ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan moral. Marilah semua saling bergandengan tangan untuk menyelamatkan generasi muda dari pengaruh-pengaruh narkoba, miras, pergaulan sex bebas, perdagangan anak-anak dan perilaku menyimpang lainnya,” ujar Tri Risma.
Untuk antisipasi perayaan valentine day, Tri Risma yang melalui Dinas Pendidikan kota Surabaya sudah mengeluarkan Surat Edaran 421/1121/436.6.4/2015, terkait perayaan Valentine Day ke seluruh kepala sekolah dan wali murid SMP, SMA, SMK se-Surabaya agar melarang/mengawasi kegiatan siswanya dan anak-anaknya saat perayaaan valentine day di dalam maupun diluar lingkungan sekolah.
“Jumat malam (13/2) Kita sudah kerahkan kekuatan di 31 kecamatan se-Surabaya untuk mensweeping beberapa supermarket yang menjual paket valentine,” kata Risma.
Dan hasil sweeping cukup mengejutkan, ternyata pihak Satpol PP Kota Surabaya dan kecamatan menemukan paket Valentine Day berisi coklat, bir dan kondom. “Paketan itu (cokelat, bir dan kondom) dijual di supermarket,” ungkapnya.
Maka dari itu, lanjut Tri Risma, marilah kita kembali ke jati diri bangsa sehingga kita tidak akan terombang-ambing terbawa arus globalisasi ini.
“Saya berterima kasih kepada LDII telah peduli terhadap generasi muda. Mereka kembali menjajah bangsa ini dengn merusak moral generasi muda kita melalui tradisi-tradisinya. Kita jangan mau kalah, kalau kita mengalah maka bangsa ini akan hancur,” tutur Tri Risma.
Ketua DPD LDII Kota Surabaya Drs. H. M. Amien Adhy mengatakan para pengurus dan anggota organisasi LDII sangat konsen dan fokus untuk mewujudkan NKRI Harga Mati yang menjadi slogan kuat para TNI dan Pemerintah saat ini.
“Karena banyak kasus-kasus terorisme, narkoba, penyelundupan dan perdagangan manusia, diskriminasi dll yang pada intinya ingin menggoyahkan NKRI,” kata Amien.
Dengan kegiatan sosialisasi wawasan kebangsaan ini, katanya, “Diharapkan bisa memupuk lebih dalam rasa cinta tanah air dan nasionalisme sehingga tidak mudah terprovokasi dari pihak manapun yang sengaja untuk meruntuhkan keutuhan NKRI dan bangsa tercinta Indonesia Raya.”
Mencintai dan Mempertahankan NKRI didalam Arus Globalisasi.
Danrem 084/BJ Kolonel Inf Muhammad Nur Rahmad menjelaskan, sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) perlu menjaga Persatuan dan Kesatuan demi keutuhan NKRI. Didalam sejarah mempertahankan NKRI sudah dimulai sejak jaman kerajaan Majapahit dan perang kedaerahan melawan penjajahan selama 300 tahun. Namun semuanya itu belum bisa berhasil tanpa adanya persatuan dan kesatuan.
Puncak kesadaran itu baru muncul ketika para pemuda muncul suatu pergerakan kemerdekaan Indonesia dan di tangan pemuda-pemuda bangsa Indonesia inilah akhirnya lahir Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 suatu ikrar dan tekad untuk bersatu melawan penjajah.
Dan setelah lahirnya Sumpah Pemuda hanya butuh waktu 17 tahun Indonesia merdeka dari penjajah dengan semboyannya “Merdeka atau Mati”. Akhirnya dengan Rahmat Tuhan YME pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia berhasil merebut kemerdekaannya.
“Sejarah membuktikan, bahwa yang merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah bukanlah TNI maupun POLRI tapi Rakyat Indonesia dengan tekad dan semangat kebangsaannya. Rakyat Indonesia penuh semangat yang berkobar-kobar percaya diri tanpa meminta bantuan negara asing sehingga bangsa Indonesia ditakuti negara-negara lain,” papar Nur Rahmad.
Marilah kita jaga nilai-nilai bangsa Indonesia dengan menjunjung tinggi ideologi Pancasila. Kita jangan mau diperalat oleh bangsa lain maupun kelompok lain dengan membawa agama Islam diantaranya gerakan terorisme dan ISIS. “Saya yakin LDII tidak mungkin terpengaruh dengan gerakan tersebut,” imbuhnya.
“Pancasila” Sebuah Mantra Janji Luhur Bangsa Indonesia.
Di hadapan peserta sarasehan wawasan kebangsaan pakar politik dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Drs. Haryadi Anwari, M.Si. mengajak mendalami makna nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 yang sempat memudar di era pasca reformasi.
“Mengapa Pancasila harus dimunculkan kembali? Karena, Pancasila ada sebelum nama negara Indonesia lahir. Masih banyak rakyat Indonesia yang belum tahu sejarah lahirnya Pancasila. Jadi, Jati diri bangsa Indonesia secara normatif ada pada Pancasila,” papar Haryadi.
Ada tiga aspek tentang ideologi Pancasila yang dipaparkan Haryadi Anwari. Pertama, Pancasila bukan sekedar merupakan “ideologi negara” melainkan juga merupakan “ideologi bangsa”. Pancasila merupakan puncak kearifan lokal yang berusaha menghimpun nilai-nilai yang beragam mengingat negara Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras dan budaya.
Kedua, Pancasila dan UUD 1945 merupakan satu kesatuan kerangka negara Indonesia agar tetap berdiri kokoh. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Di Pembukaan UUD 1945 terdapat pokok kaidah fundamental negara Indonesia dan secara hukum tidak bisa dirubah. Mengubah isi pembukaan UUD 1945 maka negara akan berubah juga.
Ketiga, Pancasila merupakan tanggapan kebutuhan simpul ideologi. Hanya Pancasila yang bisa memadukan etnik-etnik yang berada di Indonesia. Untuk memunculkan kembali Pancasila syaratnya hanya satu, Indonesia harus makmur.
Pancasila, sebuah mantra janji luhur bangsa Indonesia dengan basis keadilan dan kemakmuran akan tetapi kita sendiri yang melecehkannya.
“Saya senang dalam kesempatan ini bisa berbagi wawasan kebangsaan dengan warga LDII. Ini merupakan bentuk rasa kasih sayang kita bagi generasi muda,” ujar Hariyadi di akhir dialognya dengan peserta.
Sarasehan ini diikuti 400 orang peserta terdiri dari pengurus DPW LDII Provinsi Jawa timur, DPD LDII kota Surabaya, Mojokerto, Gresik Sidoarjo, Lamongan & Bangkalan, Ketua & Sekretaris PC-PAC LDII kota Surabaya, Takmir Masjid binaan LDII kota Surabaya, Ustadz LDII kota Surabaya, Ketua Remaja Masjid binaan LDII kota Surabaya, dan Forum mahasiswa LDII kota Surabaya. (Sofyan Gani)