Kasubditbintibsos Ditbinmas Polda Jatim AKBP Bahrun Nasikin mengisi tausiyah terkait pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat (Harkamtibmas) pada warga LDII di Masjid Barokah, Ponpes Sabilurrosyidin Annur Surabaya, Jumat (23/6). Ia menyampaikan bahwa keberhasilan memelihara keamanan dan ketertiban tak lepas dari peran para kiai, ulama, ustadz dan masyarakat.
Dalam tausyiahnya, AKBP Bahrun memberi catatan penting dan perhatian bersama terkait harkamtibmas. Pertama, laka lantas di Jawa Timur dari tahun ke tahun kian meningkat. Ia mengungkapkan berdasarkan pers rilis Polda Jatim pada Desember lalu, korban jiwa akibat laka lantas mencapai 4.889 orang.
“Data tersebut belum dari provinsi lainnya, maka kalau kita lihat informasi dari Mabes Polri rata-rata setiap tahun korban meninggal kurang lebih 200.000 korban jiwa,” ungkapnya.
AKBP Bahrun mengungkapkan laka lantas terjadi akibat berbagai faktor. Diantaranya kesalahan manusia (human error), kelayakan kendaraan, jalan rusak atau berlubang, hingga faktor cuaca.
“Akan tetapi hasil analisa kebanyakan laka lantas itu disebabkan human error. Mungkin ngantuk, mungkin kecapekan, atau mungkin buru-buru. Perlu diingat, daya mengemudi itu maksimal empat jam, selebihnya harus istirahat,” terangnya.
Dalam ajaran agama Islam sendiri, lanjut AKBP Bahrun, melanggar lalu lintas tergolong perbuatan maksiat, yaitu merugikan orang lain atau maksiat dalam hablum minannas. “Oleh karenanya kami menghimbau ketika akan bepergian minimal membaca basmallah. Kemudian ketika kita diperjalanan ikutilah rambu-rambu lalu lintas. Insha Allah aman dan selamat sampai tujuan,” imbuhnya.
Kedua, maraknya peredaran dan penyalahgunaan narkoba. AKBP Bahrun mengatakan hingga tahun 2022, Polda Jatim bersama Polres jajaran berhasil mengungkap 7.008 kasus narkoba. “Bisa dibayangkan Lembaga Pemasyarakatan (LP) di kabupaten/kota mayoritas dihuni narapidana yang tersandung kasus narkoba. Oleh sebab itu, memerangi narkoba menjadi bagian tugas kita bersama,” tegasnya.
Ketiga, penyalahgunaan media sosial. Ibarat pisau bermata dua, media sosial mempunyai dua sisi yang tajam. Artinya, ada banyak manfaat, tetapi banyak juga resikonya.
“Kalau kita menyalahgunakan media sosial, kita tak hanya menanggung dosa, akan tetapi bisa menjadi dosa jariyah. Kok bisa? Bila kita membagikan berita provokatif, adu domba, maka secara otomatis menjadi dosa jariyah,” ungkapnya.
Memasuki tahun politik, AKBP Burhan mengatakan semakin banyak provokasi-provokasi di media sosial. Ia menekankan sebagai generasi bangsa agar teliti membaca sebelum membagikan berita dan artikel di media sosial.
“Lakukan tabayyun (klarifikasi) saat dapat kabar dari orang fasik. Kalau itu toh benar, kira-kira ada manfaatnya atau tidak? Membuat kegaduhan atau tidak? Kalau berita itu benar, tetapi bila dibagikan menimbulkan kegaduhan saya mohon untuk dihentikan,” pintanya.
AKBP Burhan mengungkapkan, Indonesia dengan sumberdaya alam melimpah dan bermacam-macam suku bangsa menjadi kekayaan bangsa Indonesia tetapi sekaligus menjadi kelemahan apabila diprovokasi. Dengan kekuatan persatuan dan kesatuan, bangsa Indonesia hingga kini tetap berdiri kokoh di bawah rahmat Allah SWT dan di dalam bingkai NKRI yang berdasarkan Pancasila.
“Memang, Indonesia bukan negara agama, tetapi Indonesia adalah negara yang beragama. Dasar Indonesia bukan dasar agama, tapi dasarnya adalah Pancasila. Dan Pancasila itu sesuai dengan ajaran agama. Contoh, sila pertama berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya, Bangsa Indonesia percaya kepada Tuhan Yang Esa,” pungkasnya.