Komunitas diartikan sebagai suatu kelompok sosial yang memiliki ketertarikan yang sama. Sama halnya dengan Satuan Komunitas (Sako) Sekawan Persada Nusantara bentukan LDII yang dikenal sebagai Pramuka LDII.
Sako Sekawan Persada Nusantara dibangun untuk menghasilkan kader-kader yang faqih, alim, dan mandiri. Gerakan pramuka dijadikan alat untuk membentuk karakter generasi muda. Untuk pembangunan bangsa Indonesia yang bermartabat sekaligus profesional religius. Dalam pelaksanaannya, Sako Sekawan Persada Nusantara membentuk Satuan Komunitas Daerah atau disebut Sakoda Banten, Lampung, Jakarta, dll.
Generasi yang kini hidup menurut Adhyaksa Dault adalah generasi keenam dan generasi ketujuh bila dihitung dari angkatan Sumpah Pemuda. Generasi ini memiliki keunikan yang biasa disebut Generasi C: content, connected, creative, co-creation, customize, curiousity, and cyborg. Mereka cepat mengikuti perubahan arus informasi. Mereka dibentuk oleh konten dan sangat bergantung dengan sosial media.
Di sinilah tugas pramuka, mengenali karakter generasi muda tersebut dan membentuknya menjadi generasi yang profesional berkarakter religius.
Adhyaksa Dault, Ka-Kwarnas Pramuka Indonesia dalam Rapimnas LDII 2014 di Balai Kartini, Jakarta (14/5) menambahkan, “Mandat inti Pramuka saat ini adalah mendidik anak muda berdasarkan UU No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Kepramukaan. Bahkan sekolah-sekolah saat ini mewajibkan ekstrakurikuler Pramuka,” ujar Adhyaksa. Terkait hal tersebut, Sako SPN membentuk komunitas berbasis masjid dan UU Kepramukaan memperbolehkan hal tersebut.
Pada kegiatan kepramukaan, Pramuka LDII tidak hanya melibatkan kakak-kakak pembina Pramuka, namun juga unsur orangtua sebagai sebuah sinergitas dalam melaksanakan pembinaan bagi generasi Pramuka. Sebab, pondasi utama terbentuknya karakter anak adalah orangtua sebagai pendidik yang terhubung langsung dengan anak. Para pembina dan pengajar Pramuka terus berkoordinasi langsug dengan orangtua memberikan laporan perkembangan anak kepada orangtua.
Sako Sekawan Persada Nusantara ini memiliki setumpuk prestasi. Diantaranya baru saja dikukuhkan dalam Tingkat Nasional, juga keikutsertaannya dalam Jambore Tingkat ASEAN di Thailand pada akhir tahun 2013 lalu. Bahkan, Gubernur Jakarta sekaligus Capres 2014 dari PDIP, Joko Widodo memberikan apresiasinya secara langsung dalam pertemuan delegasi Pramuka di Balaikota (26/11/2013). Jokowi menilai, Pramuka dapat mendongkrak citra Jakarta.
Pendidikan Pramuka LDII dekat dengan pendidikan karakter. Dimana pendidikan umumnya mengedepankan ranah kognitif tetapi kurang memaksimalkan ranah afektif. Praktek afektif yang diharapkan para pengajar yaitu implementasi budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari. Jelas hal ini dapat membantu pembinaan generasi penerus. Generasi mandiri dapat terbentuk baik secara intelektual maupun spiritual. Inilah yang diperlukan bangsa Indonesia agar kembali menjadi bangsa yang kuat dan disegani.
Jadi, dengan adanya Pramuka, generasi yang dihasilkan tidak hanya berteknologi canggih namun juga generasi cerdas dan terbina akhlak dan perilakunya. Pengembangan hard skill, pengembangan soft skill, dan pemahaman agama merupakan target utama yang harus dicapai oleh Pramuka LDII saat ini dan masa depan. “Bukan tidak mungkin, di masa depan nanti Pramuka-lah yang diharapkan menjadi ‘mantu’ setiap orangtua,” kelakar Adhyaksa menutup pertemuan.