World Diabetes Day atau Hari Diabetes sedunia yang diperingati pada tanggal 14 November, awalnya diprakarsai oleh IDF (Internasional Diabetes Federation) dan WHO (World Health Organization) pada tahun 1991 sebagai tanggapan atas kekhawatiran yang berkembang tentang meningkatnya ancaman kesehatan yang ditimbulkan oleh diabetes. Hari diabetes sedunia ini diresmikan oleh PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) pada tahun 2006, saat dikeluarkannya Resolusi PBB 61/225.
Sementara itu, pemilihan tanggal 14 November sebagai Hari Diabetes yaitu karena ulang tahun dari Sir Frederick Banting yang turut menemukan insulin bersama Charles Best pada tahun 1922.
Menyoroti ketidakseninambungan kesehatan dunia karena virus covid 19 ini tidak lepas dari bagaimana kita menyikapi penyakit-penyakit yang dapat menyerang tubuh kita, termasuk diabetes.
Menurut dokter Maya Kusumawati yang dikutip dari laman Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung (RSHS), 422 juta orang penyandang diabetes di seluruh dunia berusia 18 tahun atau 8,5 persen dari penduduk dunia. Indonesia merupakan negara peringkat ke-6 di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah penderita diabetes berusia 20-79 tahun atau sekitar 10,3 juta orang.
Berdasarkan data WHO, dalam 24 jam mendatang akan ada 4.110 pasien diabetes baru terdiagnosis, 614 pasien diabetes meninggal, 66 pasien diabetes menjadi buta, 122 pasien diabetes harus cuci darah dan 225 pasien diabetes harus diamputasi. Angka ini menggambarkan betapa banyak orang-orang di sekitar kita yang menderita diabetes.
Diabetes adalah suatu kondisi di mana kadar gula (glukosa) dalam darah tinggi. Tubuh memproduksi insulin, suatu hormon yang dikeluarkan oleh pankreas, untuk memecah gula yang dikonsumsi dalam makanan.
Penurunan produksi atau pemanfaatan insulin menyebabkan diabetes. Jika tidak diobati atau tidak terkontrol, diabetes dapat menyebabkan masalah serius, seperti penyakit jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal, antara lain. Beberapa di antaranya mungkin mengancam nyawa.
Tepat di Hari Diabetes sedunia dr. Rio Azadi, Sp.PD. Biro Pengabdian Masyarakat DPW LDII Jawa Timur sekaligus pengurus Forum Komunikasi Kesehatan Islam (FKKI) Jawa Timur, menjelaskan bahwa “Faktor-faktor terjadinya diabetes sendiri terjadi karena dua faktor besar yang mendasari. Pertama, faktor genetik atau keturunan, yang tidak dapat dicegah dan kemungkinan akan lebih besar untuk terkena penyakit diabetes. Kedua pola hidup tidak sehat, mulai dari makanan, kurang berolahraga sehingga seperti itu dapat menimbun lemak serta gula yang membuat fungsi insulin pada tubuh berkurang bahkan menjadi tidak respon terhadap resistensi insulin pada tubuh,” papar Rio.
Resistensi insulin adalah suatu kondisi di mana kemampuan tubuh untuk merespon efek dari insulin menurun. Insulin memiliki banyak peran dalam tubuh, seperti dalam pemecahan karbohidrat (gula dan pati), lemak dan protein menjadi glukosa. Sel-sel harus memiliki glukosa untuk bertahan hidup, tubuh mengkompensasi respon yang tidak memadai terhadap insulin dengan memproduksi jumlah tambahan insulin. Hal ini menyebabkan tingkat insulin yang tinggi dalam darah, yang merupakan salah satu tanda-tanda resistensi insulin.
Keadaan pandemi Covid-19, tak dapat dipungkiri bahwa perubahan pola hidup menjadi faktor yang sangat penting untuk terjadinya penyakit diabetes, produtivitas yang sangat minim seperti fisik yang statis tak bergerak, jarang berolah raga, mengkonsumsi makanan makanan tidak sehat seperti makanan cepat saji, makanan manis berlebih, tanpa sadar adalah pemicu penyakit diabetes itu sendiri.
Walaupun pandemi mengharuskan masyarakat menjaga diri untuk tetap di rumah saja, ini pun tidak menjadikan alasan untuk kita malas dalam hal membangun pola hidup sehat.
Rio Azadi menambahkan, “Pola hidup yang tidak sehat lebih beresiko untuk terkena penyakit diabetes. Pandemi Covid 19 ini, membuat masyarakat melakukan kegiatan seperti hal nya WFH dan pendidikan daring. Namun itu semua bukanlah alasan untuk tidak dapat bergerak aktif, maka masyarakat supaya tetap berolah raga di rumah, menggalakkan pola makan yang sehat, bisa dari makanan makanan yang alami, bahkan mengurangi gula berlebih, itu semua jauh lebih baik untuk mencegah terjadi nya penyakit diabetes .”
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan beberapa cara untuk mencegah penyakit diabetes yaitu dengan makan makanan yang sehat antara tiga dan lima porsi buah dan sayuran sehari, dan mengurangi asupan gula, garam dan lemak jenuh, aktif secara fisik – setidaknya 30 menit dari biasa, aktivitas intensitas sedang di hampir setiap hari, mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat, menghindari penggunaan tembakau (merokok atau tembakau kunyah) dan penggunaan berbahaya dari alkohol, mengelola stres, tes glukosa darah dan kadar HbA1c secara teratur.