Ancaman perang kini tak lagi harus saling berhadapan antar prajurit militer. Kini sudah berkembang dengan memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang. Hal ini menjadi perhatian khusus di dunia yaitu perang hibrida (hybrid war). Hybrid war merupakan strategi militer yang memadukan perang konvensional dan cyber warfare berupa serangan nuklir, biologi, kimia dan alat peledak improvisasi serta perang informasi.
Kini hybrid war sudah memasuki wilayah Indonesia, perang yang dilakukan dengan cara melemahkan pengadaan alutsista TNI. Dengan merosotnya nilai tukar rupiah proyek-proyek alutsista akhirnya tidak berjalan.
Hal ini disampaikan Kepala Staf Kodim 0801 Kabupaten Pacitan, Mayor Inf. Sunarto, di Musda VII LDII Kabupaten Pacitan, dalam sesi Sarasehan Wawasan Kebangsaan dan Ketahanan Nasional yang diselenggarakan di Gedung PLUT-KUMKM, Minggu (14/2/2016).
Sunarto menambah, bahwa saat ini perang informasi juga perlu diwaspadai karena Indonesia adalah salah satu pengguna sosial media terbesar di dunia. “Dampak dari sosial media berkembanglah informasi-informasi yang menyesatkan. Apabila ini tidak di counter dan tidak diwadahi sebuah undang-undang, maka jaringan teroris, seperti ISIS, dengan mudah sekali berkembang melalui jejaring sosial. Inilah dampak perang hybrid war yang sedang berlangsung,” ujar Sunarto.
Akibat informasi-informasi yang menyesatkan bisa mengakibatkan saling tidak percaya, kepercayaan pemerintah menurun, kepercayaan tokoh agama dan masyarakat juga menurun.
Untuk itu, Sunarto menyarankan agar masyarakat jangan mudah terprovokasi. Jika menerima informasi maka carilah informasi pembanding jangan satu sumber saja.
Dalam kesempatan yang sama Sunarto juga menjelaskan tentang proxy war, yaitu perang sekenario menggunakan boneka atau pihak ketiga, seperti ISIS.
“Kita tidak tahu siapa yang melakukan (sekenario) di balik itu. Bonekanya adalah ISIS tetapi yang berperan di belakangnya kita sama-sama tidak tahu dan selama ini mereka yang mengendalikan. Kita tidak tahu mana itu kawan dan mana itu lawan,” ujar Sunarto.
Untuk menangkal itu semua diharapkan pada setiap warga negara Indonesia dan generasi muda mulai ditanamkan kembali rasa cinta tanah air, mengikuti wawasan kebangsaan dan bela negara.
Penulis: Sofyan Gani
Editor: Widi Yunani