Seiring munculnya Virus Covid-19 varian baru yakni Omicron, DPP LDII meminta warganya dan warga masyarakat untuk mengurangi aktivitas dan bepergian yang tidak perlu.
“Kita semua harus bersabar, telah dua tahun kita lalui pergantian tahun baru dengan kondisi pandemi dan selalu mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan demikian seharusnya masyarakat sudah terbiasa tidak merayakan akhir tahun dengan mendatangi keramaian warga,” kata Ketua DPP LDII Koordinator Bidang Pengabdian Masyarakat Rubiyo.
Virus Covid-19 varian Omicron memang belum terdeteksi di Indonesia. Meskipun demikian, varian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan tersebut membuat Indonesia harus lebih waspada. Terutama adanya kemungkinan pelancong dari luar negeri yang berpotensi membawa virus masuk ke dalam negeri. Rubiyo mengutip dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menetapkan Omicron sebagai variant of concern (VoC), karena menyebabkan peningkatan penularan dan kematian serta dapat mempengaruhi efektivitas vaksin. Maka dari itu mobilitas di dalam negeri atau dari dan keluar negeri, menurut profesor riset pertanian, sangat rentan membawa virus corona varian Omicron.
“Kita memiliki hari-hari besar keagamaan yang juga hari libur nasional selalu ditandai dengan mobilitas warga tinggi. Seperti Hari Raya Idul Fitri, Natal, Tahun Baru dan lainnya. Kebetulan Natal berdekatan dengan perayaan malam tahun baru, liburnya agak panjang. Ini biasanya membuat mobilitas warga kian tinggi,” ujarnya.
DPP LDII memandang pemerintah telah membuat kebijakan yang baik, dengan terus mendorong warga masyarakat menjalankan protokol kesehatan dan percepatan vaksinasi. Kebijakan tersebut, mampu membuat masyarakat terus menjalankan kegiatannya, meskipun terbatas. Ekonomi pun bisa terus berputar. “Namun, kebijakan yang baik itu juga harus didukung kepatuhan masyarakat,” ujar Rubiyo.
LDII mendukung langkah pemerintah dengan membatasi pergerakan warganya di kota-kota berzona merah merah dan oranye. Pengajian di majelis taklim, dilaksanakan secara daring. Sementara di wilayah zona hijau, pengajian dilaksanakan secara luring dengan menjaga prokes. Begitupula kegiatan di masjid-masjid, salat lima waktu dilaksanakan dengan prokes.
“Dalam kondisi pandemi, pembinaan warga harus terus dilaksanakan. Bahkan ditingkatkan, sehingga spiritualitas dan mental masyarakat terus terbangun menghadapi pandemi. Tanpa keyakinan dan mental yang kuat, justru masyarakat akan kehilangan motivasi dan jiwanya lemah, sehingga malah mudah stres dan sakit,” ujar Rubiyo.
Ia pun meminta para ulama dan tokoh masyarakat terus mengedukasi warga jangan lengah dan terus waspada, karena pandemi masih belum berlalu. Ia juga berharap pembinaan agama terus dilaksanakan, agar mental spiritual warga menguat sehingga semakin yakin terhadap Allah dan makin kuat ikhtiarnya dalam menekan penyebaran Covid-19.