Menjalani takdir sebagai ibu merupakan karunia Allah yang tiada tara. Ibarat pepatah, kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Betapa mulia seorang ibu yang mampu dengan sabar mengandung sang anak selama sembilan bulan bahkan lebih.
Berbekal untaian doa yang terucap dari mulutnya, seorang ibu berharap agar anaknya kelak terlahir sebagai sosok yang berakhlaq mulia, solih maupun solihah. Pasca kelahiran sang anak, ibu pun mencurahkan tenaga dan perhatian untuk masa tumbuh kembang anak.
Sosok Kathoyah adalah salah satunya. Ibu beranak lima ini kini hidup menjanda. Suaminya meninggal 17 tahun lalu kala dirinya mengandung anak kelima. Kathoyah memiliki empat anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Anak sulungnya kini telah berusia 31 tahun.
Semenjak kematian suaminya, perempuan kelahiran Jombang 59 tahun lalu ini menjadi tulang punggung keluarga. Dirinya berjualan kerudung, alat-alat solat, dan makanan kecil. Seiring waktu, usahanya itu mengalami kebangkrutan, bahkan menyisakan hutang. Demi mencukupi kebutuhan diri dan anak-anaknya, Kathoyah akhirnya menjajal kemampuan menjadi buruh pabrik tembakau.
Cara Kathoyah mendidik anak-anaknya, kerap disertai contoh langsung tak hanya ucapan semata. Pernah suatu hari Kathoyah anaknya yang kedua bertanya tentang ayahnya. “Ibu, bapak itu seperti apa sih?,” tanya si anak. Kathoyah menjawab dengan menceritakan sebuah kejadian.
Kala itu Kathoyah pernah mengajak suaminya untuk pergi mencukur rambut salah satu anaknya. Suaminya bertanya, “Mau dicukur sendiri atau dibawa ke tukang cukur?”. Kathoyah pun menjawab “Terserah bapak saja”. Sang suami pun menimpali, “Ya, nanti sore saja dicukur sendiri”.
Saat sore tiba, suami Kathoyah kembali bertanya padanya, “Ayo, jadi apa tidak?”. Mendengar pertanyaan suaminya, Kathoyah pun bingung. Kathoyah benar-benar lupa akan ucapannya saat pagi hari. Ia pun balik bertanya, “Jadi apa ya pak?,” tanya Kathoyah. Suaminya pun bereaksi dengan menyahut , “Ooo…ya sudah”.
Kathoyah berusaha memahami ucapan suaminya. Dirinya pun baru mengingat ucapan selang beberapa hari kemudian. Ia pun segera meminta maaf kepada suaminya atas ketidakpahamannya terhadap ucapan sang suami. Kathoyah pun segera mencukur sendiri rambut anaknya.
Apa yang diceritakan Kathoyah di atas menjadi inspirasi bagi anak keduanya dalam meneladani perilaku kedua orang tuanya. Terutama kesabaran dan ketelatenan Kathoyah sebagai ibu dan istri.
Hingga saat ini, Kathoyah telah memiliki tiga orang cucu dari dua anaknya yang telah menikah. Anak sulungnya beristrikan orang Malaysia, kini keduanya menetap di sana. Kathoyah pun sempat beberapa waktu lalu berkunjung ke Malaysia. Ia merawat cucu pertamanya yang baru lahir saat itu.
Kathoyah yang kini tinggal di Klaten ini memang dekat dengan anak, menantu, dan cucunya. Bahkan dirinya pun dikenal mampu hidup rukun dan kompak dengan istri pertama suaminya beserta anak-anak mereka.
Keteladanan Kathoyah membawa pesan bahwa berbuat kebaikan bisa dimulai dari diri sendiri. Tak hanya berbicara, namun langsung mempraktekkan melalui perbuatan.