Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Provinsi Jawa Timur menandatangani Perjanjian Kerjasama dengan Badan Usaha Logistik (Bulog) Jawa Timur, Kamis (29/8). Penandatanganan kerjasama ini dilakukan oleh Ketua DPW LDII Jatim dengan Kepala Divre Bulog Muhammad Hasyim, di kantor DPW LDII Jatim Surabaya.
Kegiatan ini sekaligus sebagai upaya sosialisasi kepada warga, ulama dan pengurus beberapa pondok binaan LDII terkait kemudahan mendapatkan suplai bahan pokok yang stabil dengan harga terjangkau. Stok dan harga bahan pangan bulog tetap stabil meski di musim kemarau. Harganya pun tetap sama sepanjang tahun.
Selama ini, beberapa pondok binaan LDII membutuhkan berton-ton beras setiap bulannya. Mengingat jumlah santri yang mencapai ribuan se-Jawa Timur. Untuk itu, DPW LDII Jatim berinisiatif agar kebutuhan akan bahan pokok terutama beras tersebut dapat dijembatani melalui kerjasama dengan Bulog.
“Pondok Kami, Ponpes Wali Barokah di Kediri memiliki 4.000 santri. Tiap hari mereka makan nasi. Jadi kebutuhan beras memang utama,” kata Ketua DPW LDII Jatim, Amien Adhy.
Tak hanya dikonsumsi sendiri, kelak bahan pokok yang disediakan Bulog bisa juga dijual kembali. Terutama di lingkungan sekitar masjid-masjid LDII yang memiliki unit usaha berbasis masjid. “Bisa dikatakan inilah kontribusi LDII kepada masyarakat sekitar,” tambah Amien.
Sementara itu Kepala Divre Bulog Jatim Muhammad Hasyim menjelaskan kemudahan dalam suplai bahan pokok Bulog. “Ada 13 kantor cabang Bulog di Jatim. Kantor gudang kami ada di hampir seluruh kabupaten. Kerjasama kita nanti akan lebih mudah,” jelas Hasyim.
Beberapa bentuk yang bisa dikerjasamakan antara lain Ketersediaan Pasokan Stabilisasi Harga (KPSH). Fungsi KPSH ini nantinya sebagai penyalur bahan pokok dari Bulog. Bentuk kerjasama lainnya adalah Rumah Pangan Kita (RPK) yang akan menjual komoditi Bulog seperti beras, gula pasir, tepung terigu, bawang putih, bawang merah, telor, dan lainnya. “Contohnya harga beras medium di gudang Bulog Rp 8.100, dijual di luar dengan harga maksimal Rp 9.450,” kata Hasyim.
Menurut Hasyim, pasca penandatangan Perjanjian Kerjasama ini bisa langsung diimplementasikan. “Untuk operasional penjualan, Kepala kantor cabang atau kantor gudang kami bisa berkoordinasi dengan LDII yang ada di tiap kabupaten/kota,” tegas Hasyim.
Ke depan, jika ada problem, Bulog siap mengadakan perbaikan jika diperlukan terkait kerjasama ini. “Kalau nantinya menginginkan perjanjian kerjasama dengan masing-masing kantor cabang, bisa juga dilakukan,” tambah Hasyim.
Perjanjian kerjasama Bulog dengan LDII ini bisa menjadi model untuk seluruh Indonesia. “Kami kira perjanjian kerjasama ini bisa menjadi model untuk seluruh Indonesia, karena kami sudah memiliki embrio di Jawa Timur,” papar Hasyim.