Ketua DPW LDII Jawa Timur KH Moch. Amrodji Konawi mengingatkan media sosial menghadirkan dua hal sekaligus, kecepatan informasi namun memiliki sisi negatif berupa kebenaran baru atau post truth.
Hal tersebut ditegaskan saat mengundang para wartawan dalam acara media gathering di Kantor DPW LDII Jawa Timur, pada Senin (1/4), “Media sosial mampu membuat kebenaran bukan berdasarkan fakta tapi persepsi. Untuk itu, kita membutuhkan media massa yang berintegritas untuk menguatkan kebangsaan,” ujar Amrodji.
Media massa menurut Amrodji memiliki kemampuan untuk menyeleksi informasi, melakukan cek dan ricek, kemudian baru memberitakannya. Sementara media sosial tidak memiliki saringan, dan justru membuat informasi yang tidak benar, di-framing terus-menerus sehingga seolah-olah menjadi kebenaran.
“Masyarakat harus waspada dalam memanfaatkan media sosial atau menyebarkan informasi dari media sosial. Media sosial merupakan entitas bisnis, jadi mereka tidak peduli apakah informasi tersebut berimbas memecah belah persatuan,” ujar Amrodji mengingatkan. Untuk itu, ia mengajak masyarakat untuk tidak mudah mempercayai media sosial. Bahkan menimbang manfaat sebelum menyebarkan informasi dari media sosial.
“Cukup menjadi dosa besar apabila menyebarkan informasi yang mengkibatkan adu domba atau memecah belah. Apalagi bila informasi itu keliru,” tuturnya.
Ia pun mengajak masyarakat, usai Pemilu tidak terus menerus memelihara perselisihan. Apalagi bila perselisihan itu berawal dari informasi media sosial, “Kompetisi telah selesai ketika KPU secara resmi mengumumkan pemenang. Kini saatnya kompetisi diubah menjadi kolaborasi untuk memajukan Indonesia,” kata Amrodji.
Amrodji mengingatkan, memelihara perselisihan hanya akan merugikan bangsa Indonesia. Menurutnya Indonesia ibarat kapal besar, bila ada pihak yang melubangi, bukan hanya penumpang yang tenggelam. Pelakunya juga turut tenggelam, “Maka kalau Indonesia tenang, kita ibadah juga tenang, mencari rezeki juga tenang,” imbuhnya.
Terkait dengan menguatkan kebangsaan, DPW LDII Jawa Timur akan menggelar “Silaturrahim Syawal” untuk merajut tali kebangsaan, “Ukhuwah bashariyah untuk meningkatkan persaudaraan sesama umat manusia, menjadi nilai penting dalam Silaturrahim Syawal yang akan kami gelar. Kami mengundang tokoh-tokoh ormas Islam dan lintas agama,” kata Amrodji.
Tujuannya, untuk menurunkan suhu politik. Mengingat bangsa Indonesia harus terus eksis, jangan sampai persatuan dan kesatuan bangsa rusak hanya karena pesta demokrasi lima tahun sekali, “Sebisa mungkin bangsa dan negara Indonesia ada untuk selamanya, selaras dengan cita-cita para pendiri bangsa, bahwa negara Indonesia ini ada untuk menyejahterakan rakyatnya,” pungkas Amrodji.