Ketum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengungkapkan pentingnya membingkai kreativitas ke dalam aspek religiusitas untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi kreatif Indonesia. Hal itu disampaikan KH Chriswanto saat membuka webinar ‘Sharia Creative Entrepreneurship’ yang diselenggarakan di kantor DPP LDII pada Sabtu (29/7). Acara tersebut turut dihadiri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno secara daring.
“Sekreatif apapun, kreatif itu harus tetap dalam bingkai syar’i, bingkai syariah, sehingga kita dalam mendapatkan segala sesuatu hasilnya menjadi lebih mendapatkan ridho dari Allah karena kehalalan,” ungkapnya.
KH Chriswanto menjelaskan, seiring dengan perkembangan teknologi digital yang sangat luar biasa, maka diperlukan SDM yang kreatif dalam mengembangkan seluruh potensinya. Selain untuk meningkatkan nilai tambah juga hasil tambah pada perekonomian di Indonesia. “Menurut global economy creative report tahun 2020, ekonomi kreatif global telah menyumbang 3% dari PDB global, dan 8,5% dari lapangan kerja global,” jelasnya.
Menurutnya, ekonomi kreatif tumbuh jauh lebih cepat daripada sektor ekonomi lainnya. Pertumbuhannya rata-rata tahunan sebesar 7,3% selama periode 2010 hingga 2020. Oleh karena itu, ekonomi kreatif semakin penting karena merupakan upaya untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan atau SDG’s pada tahun 2030.
“Ekonomi kreatif ini sebetulnya sesuatu yang menjanjikan. Kita melihat kemajuan ke depan ini memang ada sebuah ancaman bahwa tenaga manusia akan diganti. Akan tetapi dibalik itu sebetulnya banyak peluang yang bisa diambil dengan kreativitas dalam rangka menciptakan lapangan manufacturing baru, produk-produk baru. Dengan kreativitas kita bisa menyerap tenaga-tenaga kerja yang luar biasa signifikan,” kata KH Chriswanto.
Berdasarkan prediksi Global Creative Economy Report 2020, ekonomi kreatif global diperkirakan akan tumbuh hingga Rp 2,2 triliun pada tahun 2030 dan akan menciptakan 97 juta lapangan kerja baru. Menurut KH Chriswanto, pertumbuhan ekonomi kreatif tersebut memiliki potensi besar terhadap pemulihan ekonomi global. Termasuk peningkatan pertumbuhan PDB, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan ekspor, meningkatkan inovasi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ia mengatakan, ekonomi kreatif juga sangat berhubungan erat dengan berbagai aspek kehidupan, yakni berhubungan dengan ekonomi, teknologi, budaya, sosial. Menurutnya, ekonomi kreatif berbasis syariah menjadi salah satu di antara koridor yang perlu dibangun Indonesia. Sebagai sebuah lembaga dakwah, LDII tidak meninggalkan konsep-konsep syariah dalam menjalankan ekonomi. Oleh sebab itu, DPP LDII sangat mendukung diselenggarakannya webinar untuk menggelorakan pentingnya nilai-nilai religius dalam ekonomi kreatif. Webinar tersebut bertujuan meningkatkan creativepreneur syariah muda LDII yang berkarakter, berdaya saing, dan profesional religius.
“Dengan kreativitas yang dibingkai dalam kehalalan, sehingga mendapatkan ridho dari Allah. Oleh karena itu ekonomi kreatif ini merupakan sebuah konsep atau tren kegiatan ekonomi yang betul-betul mengandalkan ide, gagasan, talenta, kreativitas dan inovasi sekaligus harus dibingkai dengan nilai-nilai religiusitas, yaitu dibingkai dalam syariah,” ujarnya.
Mengingat banyak yang bisa dikembangkan dalam ekonomi kreatif berbasis syariah, khususnya dalam periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain. Maka dari itu, LDII terus menumbuhkan wirausaha kreatif bagi anak muda, karena Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Ketum DPP LDII tersebut juga menekankan pentingnya berbagi ilmu pengetahuan atau sharing terkait ekonomi kreatif, karena banyak hal yang bisa diwujudkan untuk mengembangkan dan menumbuhkan ekonomi kreatif di Indonesia.
“Sering sekali ketika seseorang memiliki ide, ide itu untuk diri sendiri. Dia takut ditiru orang. Padahal justru dengan sharing, kita bisa mendapatkan banyak hal sebagai sebuah timbal balik. Kalau dalam bahasa agamanya, kalau itu berupa sebuah pembelaan infak, ketika kita infak sebuah gagasan maka ide itu sendiri akan kembali kepada kita,” tutupnya.