Melesatnya percepatan pada dunia teknologi informasi membuat generasi muda tidak lepas dari gaya hidup bermedia sosial. Kebiasaan ini menyebabkan berkurangnya kemampuan menyaring informasi (self censorship) pada generasi muda. Informasi apapun ditelan mentah-mentah, kemudian mereka menyebarkan informasi tersebut terus-menerus hingga viral. Mereka tanpa berpikir panjang dampak baik dan buruk tindakan tersebut.
Ungkapan tersebut dikatakan Ketua Biro Komunikasi, Informasi dan Media (KIM) DPW LDII Jawa Timur, Ludhy Cahyana, saat memberikan laporan kegiatan Pelatihan Literasi Digital dan Bijak Bermedia Sosial, Sabtu (29/6) di Aula Ponpes Sabilurroyidin Annur, Surabaya.
“Pelatihan ini berkesinambungan program DPP LDII bekerjasama Kementerian Komunikasi dan Informasi tentang Gerakan Internet Sehat, yang sudah berjalan sejak 2008 lalu,” katanya.
Ludhy mengatakan media massa seperti televisi, radio, koran, majalah, merupakan alat komunikasi satu arah. Namun, pada abad 21 ini dengan hadirnya jejaring internet media massa berubah menjadi alat komunikasi dua arah dan lahir media sosial atau disebut new media.
Ludhy menjelaskan, media sosial memiliki dua mata sisi yang sama tajamnya, sisi positif dan sisi negatif.
“Sisi positifya, ketika Barack Obama memanfaatkan Facebook sebagai kampanye pada Pilpres AS 2009 lalu, disitulah mulai Facebook terjun di ranah politik. Barack Obama bisa kampanye dengan biaya murah dan dapat memenangkan pertarungan Pilpres AS,” ujar Ludhy.
Sedangkan di sisi negatifnya, lanjut Ludhy, politik Arab Spring di Timur Tengah pada 2011 lalu, secara umum gelombang revolusi bertujuan mengkudeta pemerintahan di Mesir, Aljazair, Libya, Yaman, Suriah, dan negara Timur Tengah lainnya. Gelombang revolusi tersebut digerakkan melalui media sosial salah satunya Facebook.
Di sisi lain, Ludhy mengatakan media sosial menciptakan ruang-ruang manusia menjadi tersekat-sekat. Pada Pilpres 2014 dan 2019 misalnya, kubu Jokowi dan kubu Prabowo saling serang (hate speech) yang mengakibatkan masyarakat terkotak-kotak dan dapat memecah belah bangsa.
Atas dasar tersebut, DPW LDII Jawa Timur bekerjasama Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Jawa Timur menggelar pelatihan Literasi Digital dan Bijak Bermedia Sosial. Kegiatan tersebut dihadiri 80 peserta perwakilan 38 DPD LDII Kota/Kabupaten se-Jawa Timur dan dibuka Kepala Diskominfo Jawa Timur, Sherlita Ratna Dewi Agustin.