Kesibukan kuliah sambil mengaji di pondok justru menjadikan Rabid Yahya Putradasa menjadi lulusan terbaik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan IPK 3,72. Di sela-sela kuliah, Rabid rutin mengaji di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Faqih Mandiri 354 (PPM AFM), Depok, Jawa Barat. Dirinya diwisuda di Gedung Balairung UI, Depok, Sabtu (14/2).
Rabid memiliki komitmen membagi waktu, dengan mendahulukan kegiatan mengaji. “Membagi antara mengaji dengan kuliah ini butuh seni dan proporsional, prinsip saya adalah mendahulukan mengaji dan saya usahakan tidak izin. Karena ilmu akhirat dengan ilmu dunia masih jauh lebih baik ilmu akhirat,” ujar putra dari pasangan Dandung Sudjatmiko dan Chomsatun ini
Untuk mendukung pilihannya mengutamakan mengaji, laki-laki yang lahir di Surabaya ini lebih memilih tinggal di PPM Al-Faqih daripada kost di dekat kampusnya.
“Saya lebih memilih tinggal di PPM daripada tinggal di kost karena di Pondok Pesantren Mahasiswa sholat 5 waktu bisa tertib, saling nasehat dan menasehati, bertemu dengan orang-orang shalih dan biaya akomodasinya pun juga realtif murah, dan saya menyarankan untuk mahasiswa untuk tinggal di PPM karena lebih banyak manfaatnya daripada mudhorotnya,” ujar santri PPM AFM tersebut.
Untuk belajar, ia memanfaatkan waktu yang tersisa diantara waktu kuliah dan mengaji. Prinsipnya, dengan mendahulukan kepentingan Allah SWT, maka sisa waktu yang terbatas akan menjadi efektif dan efisien dengan izin Allah.
Bagi Rabid, nilai tertinggi itu adalah pemberian Allah. Dirinya tak pernah menyangka akan mendapatkan IPK tertinggi. “Saya mendapatkan nilai cumlaud ini berkat pertolongan dari Allah, saya merasa sebenarnya biasa-biasa saja namun banyak orang yang mendoakan baik orang tua maupun orang-orang sekitar,” tuturnya.
Selama kuliah, Rabid memiliki motivasi untuk memiliki ilmu yang bermanfaat bagi banyak orang. “Motivasi saya itu bukan untuk mencari nilai cumlaud namun orientasi saya hanya untuk mencari ilmu dan ilmu nanti dapat berguna untuk pasien saya, belajar dengan setulus hati dan tidak pamrih, diniati ilmunya bisa barokah untuk semua,” jelasnya.
Dalam waktu dekat, sebagai lulusan Fakultas Kedokteran, Rabid tetap istiqomah dengan tujuan awalnya. Ia ingin menjadi sosok yang memiliki jiwa professional dan religius, agar bermanfaat bagi banyak orang.