Banyak cara untuk memaknai Hari Pahlawan. Salah satunya seperti dilakukan pemuda Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kota Surabaya dengan menggelar pengajian mahasiswa se-Surabaya, Sabtu (14/11).
Pengajian Mahasiswa yang digelar di Aula Ponpes Sabilurrosyidin, Surabaya, ini merupakan pengajian gabungan antar komunitas mahasiswa yang ada di Surabaya, diantaranya Airlangga Studi Club (ASC), Studi Group 10 Nopember (SG 10), Forum Dakwah Mahasiswa UNESA (FDMU), Studi Group Plus (SG Plus).
Ketua DPD LDII Kota Surabaya H. Akhmad Setiadi, S.Si hadir membuka acara ini yang menampilkan mahasiswa-mahasiswa berprestasi, baik berprestasi akademik maupun non akedemik sebagai motivasi teman sebayanya.
Setiadi mengatakan, dengan semangat yang berkobar-kobar para pemuda berhasil mengusir para penjajah dari tanah Surabaya. “Tidak hanya itu, dengan kesemangatan para pemuda, maka lahirlah Sumpah Pemuda. Pemuda merupakan simbol perubahan dan memberikan gebrakan-gebrakan baru. Oleh karena itu, kesemangatan pemuda ini harus kita jaga jangan sampai luntur,” papar Setiadi.
Sementara itu, penampilan dari masing-masing komunitas dalam acara ini diharapkan bisa menginspirasi peserta yang hadir.
Diantaranya adalah Restu dari FDMU yang berprestasi di cabang olah raga pencak silat Persinas Asad hingga tingkat nasional. Kolektor medali ini membagikan pengalaman dan tips-tips dalam meraih kesuksesannya.
Restu mengatakan, untuk meraih sebuah kesuksesan butuh kedisiplinan waktu. Jika hanya bermain-main maka akan kehilangan waktu yang berharga. Baginya, tiap detik waktu berharga nilainya.

Restu menambahkan bahwa kreatifitas juga dibutuhkan. Ketika menerima ilmu yang baru bisa dikembangkan sendiri dan harus berinovasi. “Kita tidak perlu berambisi menguasai semua ilmu dunia, cukup satu saja yang kita fokuskan dan berusaha menjadikan profesional. Dengan ketekunan dan kesabaran kita bisa meraih kesuksesan tersebut,” kata Restu.
Restu berharap teman-teman sebayanya bisa mengikuti jejaknya. Sebuah kesempatan sukses hadir untuk semua orang, namun hanya orang tertentu saja yang dapat meraihnya, tergantung diri kita maukah mengambilnya.
“Jangan jadi penonton sejarah tetapi jadilah pelaku sejarah,” pesan Restu.
Jika sebagian besar mahasiswa masih takut dan ragu untuk mengikuti kegiatan di luar perkuliahan untuk berorganisasi misalnya. Lain halnya dengan Restu. Dirinya tak kuatir kegiatannya menggangu dan menyita waktu kuliah dan beribadah. Asalkan bisa mengatur waktunya.
Bagi Restu, semua itu tergantung bagaimana bisa memanfaatkan dan mencuri-curi waktu di sela-sela kesibukan kuliah, belajar, beribadah dan mengaji.
“Kita harus yakin kalau semua kita lakukan adalah untuk ibadah. Berkarya semua untuk perjuangan agama. Hasilnya kembali ke pembelaan agama amal jariyah agama kita. Disitulah pertolongan Allah bersama kita,”ungkap Restu.
Acara Pengajian Mahasiswa juga diisi dengan pengenalan masing-masing antar anggota komunitas, keakraban dan ditutup dengan diskusi. (Sofyan Gani)