Kunjungi Ponpes Luhur Sulaiman, Kajari Tulungagung Sosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan
Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari), Ahmad Mucli mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Luhur Sulaiman, Rabu (15/2). Kajari membalas kunjungan DPD LDII Tulungangung beberapa waktu lalu, sekaligus memberikan penyuluhan hukum kepada para santri.
“Kami hadir di Ponpes Luhur Sulaiman ini merupakan perintah dari Kejagung melalui Kejati Jawa Timur untuk memberikan penerangan dan penyuluhan hukum, terutama mengenai empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya di lingkungan kawan-kawan LDII,” katanya.
Dalam kesempatan itu, ia berpesan kepada para santri Ponpes Luhur Sulaiman, sebagai warga negara harus memahami aturan hukum. Selain itu, juga memahami dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, “Ada empat pilar kebangsaan, yakni Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” sambungnya.
Ia berharap kunjungannya tersebut makin mempererat tali silaturrahim dengan warga LDII. Senada dengan Kajari Tulungagung, Ketua DPD LDII Kabupaten Tulungagung, Sukanto mengatakan, kunjungan dari Kejari Tulungagung untuk memberikan penyuluhan hukum sekaligus mempererat tali silaturahim.
Penyuluhan hukum yang diberikan Kajari Ahmad Muclis bisa menambah wawasan kebangsaan para santri LDII saat berdakwah kelak. “Nomor satu dari delapan klaster pengabdian LDII untuk bangsa adalah kebangsaan, kehadiran Kajari dapat memperkuat program tersebut,” tutur Sukanto yang juga anggota DPRD Tulungagung dari Fraksi Golkar.
Menurut Sukanto menekankan pentingnya pencerahan dan penyuluhan masalah hukum di Ponpes Luhur Sulaiman, “Mengerti mengenai hukum saat ini sangat diperlukan, maka dengan hadirnya Pak Kajari ke sini bisa memberi penyuluhan hukum. Sehingga seluruh masyarakat Indonesia khususnya warga LDII itu mengerti aturan hukum dan taat aturan hukum,” ujarnya.
Lebih lanjut Sukanto menjelaskan, pihaknya menaungi empat pondok pesantren, “Salah satu yang terbesar itu Ponpes Luhur Sulaiman yang mana jumlah santrinya kurang lebih 1.200 orang,” tambahnya.
“Santri dan santriwati kami itu tidak hanya mondok tapi sekaligus sekolah. Jadi, istilahnya Ponpes Luhur Sulaiman adalah pondok pesantren plus, karena di pondok kami itu ada SMP dan SMK Baitul Izza,” imbuhnya.
Dengan menggabungkan ponpes dan sekolah, bertujuan untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Agar generasi muda bisa mumpuni ilmu agamanya, sekaligus memiliki ilmu pengetahuan umum, “Yang nantinya para santri menjadi ustadz, ustadzah, muballigh, dan muballighoh sekaligus mempunyai ijazah (dari Kemdikbud),” tandasnya.