Surabaya (3/5). Pemilihan Gubernur Jawa Timur yang akan berlangsung pada 27 Juni 2018, menjadi perhatian DPW LDII Jawa Timur. Pasalnya, Jawa Timur merupakan salah satu wilayah penyangga ibu kota, bersama dengan provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa.
“Bagi LDII Pilgub ini sangat penting untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat Jawa Timur. LDII mendorong warganya untuk netral aktif, silakan memilih jangan sampai golput,” ujar Ketua DPW LDII Jawa Timur Amien Adhy. Namun Amien juga mengingatkan, warga LDII memiliki kriteria tersendiri untuk calon gubernur pilihan mereka.
Pertama, menurut Amien siapapun yang jadi gubernur, harus memiliki wawasan nasional agar otonomi daerah bukan hanya bisa menyejahterakan rakyat Jawa Timur tapi juga berimbas pada ekonomi nasional, “Kedua, Jawa Timur itu provinsi yang religius, maka gubernur yang terpilih harus bisa merawat kereligiusan. Pembinaan agama jangan sampai diabaikan,” ujar Amien. Kereligiusan provinsi di ujung timur Jawa ini, menurut Amien terlihat dari banyaknya pesantren dan ulama yang dihasilkan Jawa Timur yang mencapai level nasional bahkan internasional.
Ketiga, gubernur yang terpilih harus memiliki wawasan yang holistik, karena Jawa Timur bukan hanya didominasi daratan namun juga memiliki wilayah kepulauan, seperti kepualuan di sekitar Madura, “Jadi pemimpin di Jawa Timur mampu membuat rakyatnya yang di kepualuan juga merasakan pembanguanan,” papar Amien.
Keempat, menurut Amien, harus bisa memecahkan masalah sosial. Amien menunjuk masalah narkoba, pengangguran, dan kenakalan remaja sangat krusial dan harus bisa diurai oleh gubernur terpilih, “Gubernur yang terpilih harus bisa meminimalkan peredaran narkoba, Jawa Timur ternyata telah menjadi pasar narkoba,” imbuh Amien.
Dan yang kelima, Amien meminta gubernur yang terpilih mampu pula mempertahankan kelebihan pasokan beras, sehingga bisa menjadi lumbung padi nasional, “Kami warga LDII dan Jawa Timur bisa memaksimalkan hak politiknya, jangan golput. Warga Jawa Timur jangan sampai terpecah belah karena Pilgub,” tutur Amien. Usai pesta demokrasi, semua sudah selesai dan kembali bekerja seperti biasa.
“Jangan sampai karena dua calon dari ormas Islam terbesar di Indonesia, setelah Pilgub masih ribut dan umat Islam jadi cemohan kelompok-kelompok lain, berbeda boleh tetapi tetap satu,” imbau Amien. (LC)
ide brilian dan menyejukkan. BRAVO