Jumat (24/7/2015). Forpimda dan tokoh antar umat beragama menyatukan pernyataan sikapnya untuk menjaga kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama di kota Surabaya. Deklarsi tersebut ditandai dengan penandatangan bersama wali kota Surabaya DR(HC). Ir. Hj. Tri Rismaharini, MT., Forpimda dan tokoh antar umat beragama.
Acara yang diselenggarakan di Monumen Tugu Pahlawan tersebut dihadiri Forpimda dan tokoh antar umat beragama diantaranya, MUI, NU, Muhammadiyah, LDII, Kristen, Khatolik, Budha, Hindu dan Konghucu.
Dalam kesempatan tersebut wali kota Tri Risma mengucapkan terima kasih selama ini di kota Surabaya seluruh umat beragama dan para pucuk pimpinan saling menjaga kerukunan, sehingga saat ini suasana Surabaya kondusif, aman, damai, dan semua dapat menikmati kota Surabaya secara bersama-sama.
“Mari kita lanjutkan perjuangan para pejuang bangsa dengan tulus ikhlas, Kalau kita saat ini berantem (perselisihan) hanya karena masalah sepele: masalah agama, masalah suku, malah ras, itu artinya pemikiran kita mundur lebih dari 70 tahun yang lalu”, ungkap Risma.
Wali kota Perempuan pertama di Indonesia ini berharap, kota Surabaya menjadi corong persatuan dan kesatuan karena di akhir 2015 masyarakat Indonesia nantinya akan menghadapi pertempuran baru, yakni Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Justru kita harus bergandengan tangan supaya kita bisa menjadi pemenang di negara dan di kota kita sendiri, bukan jadi penonton.
“Musuh yang di depan sebetulnya bukanlah orang lain dan bukan saudara kita sebangsa dan setanah air, akan tetapi musuh yang didepan kita adalah kemiskinan dan kebodohan. Itu yang harus kita perangi, bukan kita berantem hanya masalah-masalah perbedaan yang memang sesungguhnya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dalam arti Tuhan menciptakan perbedaan adalah sebenarnya untuk suatu kedamaian,” tutur Risma, wali kota terbaik nomor tiga di dunia.
Hal senada diungkapkan ketua DPD LDII kota Surabaya Drs. Ec. H. M. Amien Adhy, sebagai umat beragama kita jangan mudah terprovokasi apalagi menyangkut (mengatasnamakan) agama. “Kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama perlu kita jaga demi kota Surabaya dan keutuhan NKRI. Kota Surabaya merupakan jantungnya provinsi Jawa Timur, jika kota Surabaya terjadi gesekan (perselisihan) maka imbasnya sampai Jawa Timur,” ujar Amien.
Untuk menjaga NKRI maka generus bangsa harus mengenali bangsanya. Tak mudah goyah hasutan maupun provokasi yang berusaha membubarkan NKRI. “Alhamdulillah generasi muda LDII Surabaya sudah dibekali Korem 084 Bhaskara Jaya dan Arhanudse-8 Sidoarjo tentang wawasan kebangsaan, melawan proxy war, dan bela negara,” kata Amien.
Adapun isi pernyataan sikap bersama Forpimda dan tokoh antar umat beragama, yaitu:
- Menjaga keutuhan NKRI.
- Bahwa Kebinekaan masyarakat Indonesia khususnya di Surabaya merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dijaga.
- Dan kerukunan umat beragama di Surabaya yang sudah terwujud harus selalu tetap terjaga.
- Menolak segala bentuk kekerasan dan tindakan anarkis yang mengatasnamakan agama.
- Mengajak kepada masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi, menjaga tolerensai kehidupan umat beragama dan saling menghargai kebebasan beribadah.
Dibuat dan dilaksanakan demi keamanan ketertiban dan kedamaian bersama. (Sofyan Gani)