Dewan Pimpinan Pusat (DPP) LDII mencanangkan Gerakan Hormati Guru jelang peringatan Hari Guru Nasional 2016. Gerakan ini mendapat dukungan Presiden Joko Widodo saat menghadiri Munas VIII LDII yang berlangsung 8-9 November 2016.
Gerakan Hormati Guru itu dilaksanakan oleh DPW dan DPD LDII di 34 provinsi, dengan fokus di wilayah terpencil seperti Natuna, Papua, Aceh, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Utara.
“Dari Munas itu, kami mendorong DPW dan DPD LDII di seluruh Indonesia pada peringatan Hari Guru, untuk datang ke sekolah-sekolah memberi bingkisan sebagai penghormatan bagi para guru, yang telah berjasa membangun bangsa,” ujar Ketua Umum DPP LDII Abdullah Syam.
Abdullah Syam menyatakan gerakan yang dicanangkan LDII itu ditujukan kepada semua warga Indonesia yang mendedikasikan dirinya, untuk mentransfer nilai dan pengetahuan kepada generasi muda maupun masyarakat umumnya. Jadi, menurut Abdullah Syam, para guru itu bisa ulama, guru sekolah, dosen, juru dakwah, mubaligh, mubalighot, tokoh-tokoh agama, dan lain-lain. “Mereka memiliki andil dalam membentuk karakter bangsa sebagai modal membangun Indonesia,” imbuh Abdullah Syam.
Ia mencontohkan, dari sekitar 2.000 guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun guru honor di Kabupaten Nunukan, lebih 500 diantaranya bertugas di kawasan sangat tertinggal. Namun, tunjangan khusus belum diberikan kepada para guru sepenuhnya.
“Meskipun kekurangan fasilitas, mereka tetap bekerja dengan semangat. Menanamkan nilai-nilai nasionalisme di wilayah perbatasan,” ujar Abdullah Syam.
Untuk mengantisipasi kejadian di atas, Abdullah Syam menyarankan agar pemerintah memperhatikan nasib guru. Terutama guru tidak tetap di wilayah-wilayah terpencil. Mereka masih digaji dengan sukarela serta banyak yang belum diangkat menjadi PNS.
Ia juga meminta rekruitmen guru dilakukan secara bertanggung jawab melalui kontrak kerja. Apalagi menggantung nasib para guru honorer. Ini diimbangi dengan pengangkatan guru yang harus mempertimbangkan kemampuan dan kelayakan.
Abdullah Syam juga menghimbau kepada para kepala daerah yang memiliki puluhan ribu guru honorer agar memperhatikan kesejahteraan mereka. Pada tahun 2000, jumlah guru honorer 84 ribu dan pada 2015 angkanya naik 860 persen menjadi 820 ribu guru honorer. Sementara, jumlah siswanya meningkat hanya 17 persen dan guru PNS 23 persen. Rasio guru dan siswa Sekolah Dasar hari ini dalam kasus PNS saja, satu guru untuk 21 siswa, satu guru honorer untuk 14 siswa.
“Guru merupakan pembentuk manusia berkualitas. Bila kualitas guru masih di bawah standar, bagaimana bisa menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas,” kata Abdullah Syam.
Sementara itu Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo mengatakan pemerintah juga harus meningkatkan kualitas dan kapasitas para guru. Mutu pendidikan dipengaruhi banyak faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain. Guru menjadi faktor terpenting karena hitam-putihnya proses belajar mengajar di dalam kelas banyak dipengaruhi oleh mutu guru.
Menurut sebagian besar orangtua siswa, guru menjadi wakil orangtua ketika anak-anaknya di luar rumah. Karena sikap, tingkah laku, penampilan, kemampuan individual, apa saja yang melekat pada seorang guru akan diterima oleh peserta didiknya sebagai sosok yang diteladani dan dijadikan bahan pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru memiliki kurikulum tersembunyi.
Selain itu Prasetyo juga meminta, orangtua mempercayakan pendidikan terhadap guru. Teguran dan pendisiplinan yang dilakukan para guru tidak serta merta merupakan bentuk pelanggaran HAM atau kekerasan, yang harus direaksi dengan mempidanakan guru. “Bila para guru terintimidasi, mereka tak akan bisa menerapkan sistem atau kurikulumnya dengan baik. Ini menjadi kegagalan dunia pendidikan, yang artinya gagal pula membentuk karakter bangsa sebagai modal pembangunan,” kata Prasetyo.
LDII berharap Gerakan Hormati Guru merupakan momentum memberi penghargaan terhadap guru, dengan meningkatkan kualitas dan kesejahteraan mereka. Juga menata sistem pendidikan di Indonesia, yang tidak hanya didekati secara kuantitatif atau nilai, sehingga mampu melahirkan generasi yang berkualitas yang menyangkut kepribadian dan budi pekerti.