LDII Jawa Timur menjadi salah satu peserta Focus Group Discussion (FGD) terkait lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Surabaya, 6-8 Maret 2024.
FGD yang mengangkat tema “Identitas Agama dan Aktivisme Lingkungan: Aktor, Strategi dan Jaringan” tersebut merupakan bagian dari penelitian “Religious Environmentalism Actions (REACT) oleh PPIM.
Pengurus DPW LDII Jawa Timur, Biro Litbang, IPTEK, Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Agus Yudianto
menceritakan pengalamannya sebagai kader lingkungan. Ia telah berhasil mengembangkan jenis tanaman melon dengan kualitas premium. Kini hampir 100 Green House melon yang ia kembangkan.
“Hasil budidaya ini untuk memenuhi permintaan supermarket modern di Surabaya dan sekitarnya,” ujarnya.
Langkah-langkah besar lainnya telah dan rutin menjadi agenda tahunan pada Peringatan World Environment Day atau Hari Lingkungan Hidup Dunia, DPW LDII telah menanam lebih dari 30.000 bibit tanaman dalam setiap tahunnya.
“Selain itu, DPW LDII Jawa Timur melakukan penanaman bibit pohon lindung dengan melibatkan seluruh komponen diantaranya Wanita LDII, Pemuda LDII, begitu pula santri pondok pesantren naungan DPW LDII Jawa Timur,” imbuhnya.
Jauh sebelum itu, LDII telah mengawali pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), seperti penggunaan panel surya di Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di kebun teh Jamus Ngawi, penanaman pohon dan kemandirian pangan pun digarap.
“Kami juga mendapatkan dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Brantas dan BPDAS Solo dalam hal memfasilitasi penyediaan bibit tanaman lindung,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta Didin Syafruddin dalam sambutannya mengatakan, peserta FGD dipilih dari aktivis lingkungan berbasis kearifan lokal, keagamaan dan kepercayaan. Berdasarkan kajian awal, hasil publikasi dan pencarian oleh PPIM diperoleh sekitar 91 peserta potensial.
“Kami melakukan survei dan mengembangkan kuesioner dan enumerator sebagai bagian penelitian kualitatif. Selain itu, secara paralel ada kegiatan lain untuk mendalami terkait ecopesantren,” pungkas Didin, lulusan program doktor McGill University Canada yang saat ini sebagai dosen Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adapun tujuan FGD yang diadakan oleh PPIM sesungguhnya adalah untuk menghasilkan kumpulan pandangan para aktivis lingkungan berbasis agama. Pertanyaannya seputar bentuk-bentuk keterlibatan dalam aktivisme lingkungan.
“Bagaimana pula menggunakan identitas agama dan karakter yang berbeda-beda untuk membangun strategi, jaringan dan program kerja dengan identitas agama yang berbeda-beda. Di samping itu, tantangan dan peluang yang dihadapi juga diidentifikasi,” pungkasnya.
Adapun peserta FGD antara lain dari Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA), Kader Hijau Muhammadiyah (KHM), Generasi Muda Indonesia Bela Lingkungan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (GEMILANG LDII), Bumi Langit Institute, MOZAIK, Yayasan Hadji Kalla, dan Yayasan Bina Bhakti Lingkungan.
Selain itu dari Jaringan Pemuda Kristen Hijau, Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) NTT, Masyarakat Adat Dayak Iban Rumah Betang Sungai Utik Kalbar, Parisada Hindu Dharma (PHDI) Bali, Adat Musi Sulawesi Utara, Komunitas Adat Ammatoa Kajang SulSel, Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM), dan Komunitas Save Ake Gaale Malut. Para peserta membagikan pengalamannya dalam pelestarian lingkungan.
Nampak hadir pula Kyai Iskandar Waworuntu pendiri Bumi Langit Institute, Nafissa dari Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA), David Efendi, dan Gatot Supangat.