Saling memahami perbedaan keyakinan tanpa meleburkan identitas, merupakan inti dari kerukunan dan toleransi antar umat beragama untuk merawat dan menjaga keutuhan bangsa.
Pernyataan itu disampaikan Wakil Menteri Agama RI Zainut Tauhid Sa’adi saat memberikan sambutan pada “Webinar Nasional Tantangan Kebangsaan di Era Digital” DPP LDII, Rabu (24/8).
Webinar tersebut mengambil tema “Beragama dalam Bingkai Kebangsaan untuk Merawat dan Menjaga Keutuhan Bangsa”. Acara dilaksanakan secara hibrid (luring dan daring), dari studio utama Gedung DPP LDII Jakarta.
Peserta webinar adalah pengurus DPW dan DPD, pondok pesantren dan sekolah naungan LDII se-Indonesia. Total sekitar 2.600 peserta yang tersebar di 265 titik.
Acara tersebut diawali dengan sambutan Ketua Umum DPP LDII KH. Chriswanto Santoso, dilanjutkan sambutan Wakil Menteri Agama RI Zainut Tauhid Sa’adi, dan diskusi panel dengan pemateri mantan Menteri Agama RI Lukman Hakim S, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Ahmad Fachrur Rozi, Ketua PP Muhammadiyah Syafiq Al Mughni, Romo Frans Magnis Suseno, dan Ketua DPP LDII Singgih Tri Sulistiyono.
Zainut Tauhid mengungkapkan, pemerintah atas nama program moderasi beragama, sama sekali tidak menghendaki pemahaman rancu, yang kerap menjadi isu sensitif di tengah masyarakat. “Sesuatu yang berbeda tidak perlu disamakan, dan sebaliknya, sesuatu yang sama tidak boleh dibedakan,” ungkapnya.
Menurutnya, kedewasaan setiap pemeluk agama dalam menjaga akidah dan ibadah menurut agamanya serta mengayomi keyakinan orang lain merupakan nilai yang sangat prinsipil dalam menjaga keutuhan bangsa.
Zainut menuturkan, webinar kebangsaan LDII tersebut berada dalam momentum yang sangat relevan dengan suasana memperingati proklamasi kemerdekaan RI serta kedaulatan bangsa dan negara Indonesia yang bebas dari penjajahan bangsa asing. “Ini merupakan nikmat yang sangat penting bagi kemajuan kehidupan beragama di tanah air dalam bingkai persatuan dan kesatuan bangsa,” ucapnya.
Ia melanjutkan, untuk mengisi kemerdekaan, ormas keagamaan harus berada paling depan untuk peduli terhadap permasalahan bangsa. Berbicara naik turunnya tensi kerukunan, munculnya gesekan dan keretakan sosial, ia mengungkapkan berasal dari faktor pendidikan, ekonomi dan pilihan politik. “Oleh sebab itu, sebagai muslim berkepentingan menjaga kerukunan umat beragama, karena agama Islam mengajarkan umatnya agar selalu berbuat adil dan ihsan pada siapa saja dan dimana saja,” ujarnya.
Dalam menyikapi berbagai isu dan dinamika sosial, umat Islam harus bisa menghindari dan mencegah timbulnya gesekan antar saudara sebangsa dan setanah air, maupun saudara seagama yang berbeda pemahaman dan organisasi.
Menurutnya, tokoh agama punya peran strategis dalam membimbing dan mengayomi umat. Selain itu menjaga nilai-nilai agama dan budaya bangsa yang agamis di era globalisasi informasi. “Tokoh agama perlu melakukan upaya preventif dan responsif, sehingga potensi gangguan hubungan antar umat beragama dapat diatasi sejak dini,” ujarnya.
Ia menggarisbawahi bahwa kemajemukan adalah pluralitas kebangsaan yang harus dikelola menjadi pilar nasionalisme. Terlebih untuk menjaga kerukunan dalam kondisi yang dinamis. “Saya memandang pendekatan dialogis, dan penyelelesaian masalah sosial keagamaan berbasis pendekatan kultural harus selalu dikedepankan,” ujarnya.
Pengalaman kebangsaan saat ini, membuktikan bahwa penyelesaian secara fisik tidak pernah menyelesaikan masalah, melainkan menimbulkan masalah baru yang lebih rumit, lebih runyam dan lebih kompleks.
Selanjutnya, untuk menjamin kebebasan beragama dan memelihara kerukunan umat beragama, pemerintah membutuhkan partisipasi masyarakat dan organisasi keagamaan agar situasi kondusif dan produktif.
“Saya ingin menyampaikan beberapa catatan dan pesan pada seluruh warga LDII khususnya, dan semua ormas Islam pada umumnya.
Zainut juga menyampaikan beberapa pesan untuk ormas Islam secara keseluruhan. Ia menghimbau agar ormas Islam terus memelihara dan menumbuhkembangkan wawasan kerukunan internal dan antarumat beragama. Agar terwujud kehidupan bangsa yang rukun, bersatu, menghormati hukum, dan nilai-nilai kemanusiaan.
Ia pun mengharapkan seluruh umat mendakwahkan amar makruf nahi mungkar dengan santun agar tercipta kehidupan yang baik di tengah masyarakat. “Terlepas dari apapun jamiyah dan organisasinya,” jelasnya.