Ketua Umum DPP LDII KH. Abdullah Syam bersama beberapa pengurus melakukan audiensi dengan Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Senin (29/2).
Dalam pertemuan tersebut Zulkifli memberikan pengantar mengapa pengamalan Pancasila kian memudar. Diawali kejolak ‘98 kemarahan sekaligus ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah diluapkan melalui euforia reformasi yang berlebihan.
Undang-undang pun dirompak besar-besaran sehingga hasilnya saat ini demokrasi semakin liberal. “Demokrasi yang semakin liberal itu akan menyebabkan Indonesia menjadi demokrasi berbiaya mahal. Akibatnya kesenjangan akan semakin tajam,” kata Zulkifli.
Zulkifli menambahkan, jika amandemen UUD ‘45 dilakukan, semua harus berdasarkan keputusan yang matang. Ia ingin membangun partisipasi seluas-luasnya dan berharap kalau ada perubahan, maka perubahan itu harus yang terbaik. Bila tidak ada perubahan harus jelas alasannya. Kesenjangan saat ini semakin luar biasa dan demokrasi semakin mahal.
Menanggapi hal tersebut, Abdullah Syam menambahkan akibat Pancasila yang telah hilang dari roh bangsa dan demokrasi yang cenderung liberal, persatuan dan kesatuan Indonesia sedikit terguncang. Salah satunya isu nasional yang cukup menyita perhatian seperti radikalisme, LGBT, korupsi, bahkan separatis menjadi kekhawatiran bersama. Semua itu akibat bangsa Indonesia kehilangan roh Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Indonesia mengalami degradasi jati diri bangsa degradasi ideologi, degradasi karakter, sehingga merembet ke degradasi kepercayaan yang menimbulkan kecurigaan satu sama lain, inilah yang tidak boleh berlarut,” ujar Abdullah Syam.
Abdullah Syam juga mengutarakan bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan agama. LDII sejak berdiri 3 Juli 1972, falsafahnya adalah Pancasila dengan pedoman ibadah sesuai Al-Quran dan Al-Hadits. LDII ingin menjadi organisasi profesional dan berwawasan luas. Indonesia majemuk dalam segala hal baik etnik, suku, dan agama.
“Kami mencoba bekerja sama dengan ormas lain untuk melakukan pembangunan karakter. Dengan PBNU kami membuat banyak MoU di berbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi, lingkungan hidup, hingga bela negara bahwa Pancasila dan NKRI harga mati,” ujar Abdullah Syam.
LDII mendukung empat konsensi nasional yang dibentuk oleh MPR (Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika). Dengan latar belakang tersebut, LDII ingin berjuang bersama MPR untuk mengembalikan Pancasila menjadi roh bangsa.
Langkah strategis tersebut selanjutnya akan dibahas dalam Musyawarah Nasional (Munas) LDII pada November mendatang. LDII meminta Zulkifli Hasan untuk menjadi keynote speaker dalam pembukaan munas. Selain itu, menjelang munas juga akan diadakan focus group discussion (FGD) terkait evaluasi implementasi Pancasila selama 75 tahun Indonesia Merdeka.
“Kami sedang mewacanakan Pancasila dengan pemahaman teoritikal dan implementasi. Kami ingin mengevaluasi setelah 75 tahun Indonesia merdeka, untuk itu kami ingin bekerja sama dengan MPR untuk menggelar FGD di gedung MPR,” ujar Abdullah Syam.
Menanggapi hal itu, Zulkifli Hasan merespon positif dan mendukung kegiatan LDII itu. Bahkan ia mempersilahkan LDII melakukan FGD Pancasila di Gedung MPR menjelang Munas LDII. Zulkifli juga mengajak semua elemen masyarakat bersatu dan mengurangi kegaduhan.
Sumber: ldii.or.id