Bertepatan pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sidoarjo menggelar saresahan dengan organisasi wanita dan kepemudaan, di Kantor MUI, Sabtu (1/10). Dalam saresahan tersebut MUI bersama DPRD Jawa Timur mendorong agar wanita dan pemuda tangguh di segala zaman.
Kegiatan ini digagas untuk menghadang arus globalisasi yang begitu cepat. Karena itu, sangat penting untuk membentengi diri dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Sarasehan menghadirkan dua narasumber, yakni Wakil Ketua DPRD Jawa Timur Anik Maslachah dan Ketua Komisi F Pemberdayaan Wanita dan Pemuda KH Hasyim Chambali. Pemuda LDII turut hadir bersama undangan dari unsur organisasi kepemudaan.
Dalam kesempatan ini, Anik Maslachah memberikan wawasan tentang pentingnya wanita dan pemuda menjadi generasi tangguh.
Ia menjelaskan kepemudaan diharapkan mempunyai empat sifat dalam dirinya yang tidak bisa diasah dengan sendirinya. “Berpikir kritis, percaya diri, mudah beradaptasi, dan kreatif. Semuanya perlu diasah dengan keilmuan dan pengalaman,” paparnya.
Menurut Anik Maslachah kepemudaan perlu menguasai segala aspek ilmu pengetahuan teknologi yang berkontribusi banyak di lingkungan masyarakat. Hal itulah yang menjadi kunci kepemudaan bisa memiliki keempat sifat tersebut.
Sementara itu, KH Hasyim Chambali menyampaikan, wanita dan pemuda yang berwawasan luas, berakhlak mulia, bertanggungjawab dan bertoleran ialah generasi yang mau dan mampu meneladani Nabi Muhammad SAW. “Ini yang diharapkan kami untuk kepemudaan di Sidoarjo agar menjadi generasi masa depan yang tangguh di era milenial,” jelasnya.
Pada paparannya, Indonesia akan mengalami bonus demografi dalam beberapa tahun ke depan. Komposisi antara generasi muda dan tua sekitar 70 persen banding 30 persen.
“Keadaan ini mirip seperti kondisi setelah kemerdekaan Republik Indonesia di mana saat itu kepemimpinan Bangsa Indonesia sebagian besar di tangan para pemuda,” katanya.
Menurutnya, kala itu Bung Karno saat menjadi presiden Indonesia pertama tergolong masih muda, yaitu sekitar 44 tahun. “Ini juga menjadi salah satu faktor bahwa baik dan buruknya kualitas suatu negara, salah satu indikatornya dapat dilihat dari kualitas pemudanya,” imbuhnya.
Untuk menghadapi bonus demografi ini, kata dia, ormas pemuda Islam hendaknya menyiapkan para pemuda dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan menanamkan akidah yang kuat dan ukhuwah yang erat.
Selain itu, ia juga memaparkan sifat toleransi yang harus ditanamkan dalam diri pemuda dan wanita. Hal itu ia sampaikan dengan latar belakang bahwa pemuda yang merupakan generasi penerus bangsa harus mempunyai dasar yang kuat untuk menghadapi era milenial.
“Kita mempunyai hak untuk melakukan sesuatu namun patut diingat bahwa di saat yang bersamaan, kita juga harus menjalankan kewajiban yaitu menghargai hak orang lain. Begitu juga sebaliknya, dimana hak kita bisa dihargai oleh orang lain. Jika kita bisa menyadari adanya hak dan kewajiban masing-masing individu serta menghargainya, maka apa yang disebut toleransi antar umat beragama akan terwujud,” tandasnya.
Senada dengan sambutan KH Hasyim Chambali, Ketua Pemuda LDII Kabupaten Sidoarjo Yerik Sahuri. Ia mengatakan, pemuda ialah subjek dalam terciptanya toleransi itu, karena pemuda memang menjadi tonggak awal untuk menciptakan sejarah di masa mendatang. Apa yang dilakukan oleh pemuda saat ini menentukan nasib bangsa di kemudian hari.
“Jika pemuda tidak memahami apa arti toleransi, lalu bagaimana nasib bangsa ini ke depan, apakah mungkin bisa lebih baik dari sekarang atau sebaliknya. Maka penting kiranya peran pemuda sebagai garda depan dalam mengawal terwujudnya rasa toleransi agar ke depannya bangsa ini menjadi lebih baik lagi,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan tentang pentingnya kekuatan karakter diri dengan konsep profesional religius. Profesional diwujudkan dengan pemuda yang memiliki keahlian serta hidup mandiri dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan religius, tercermin dalam akhlaqul karimah serta memahami agama Islam dengan baik. Hal ini sebagai salah satu unsur yang penting untuk menjadi pemuda yang unggul dan tangguh dalam segala zaman.
“Karakter profesional religius sangat diperlukan. Dan juga pengembangan konsep Tri Sukses, yaitu bisa memahami agama melalui proses belajar atau menuntut ilmu, punya akhlakul karimah atau budi pekerti, dan punya sikap kemandirian yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, benar, dan bermanfaat,” tutur Yerik.
Yerik juga menegaskan mengedepankan nilai- nilai kejujuran yang harus dimiliki para pemuda di zaman sekarang. Kalau pemuda sudah memiliki kejujuran, maka akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup.