Pendiri Tractorindo Group, Jarot Warjito memaparkan strategi untuk memperkokoh pola pikir dalam pertumbuhan bisnis. Ia mengatakan para pengusaha harus memiliki bekal yang kuat dalam menghadapi ketidakpastian global.
Hal itu disampaikan dalam acara Kopi Darat (Kopdar) Himpunan Pengusaha LDII (HPL) Jatim, Minggu (29/12), di Kantor DPW LDII Jawa Timur.
Ketidakpastian global itu dipengaruhi berbagai faktor. Diantaranya peperangan Rusia dan Ukraina, iklim yang tak menentu, dan juga terbentuknya blok ekonomi BRICS. Blok ekonomi BRICS sendiri diambil dari kata singkatan lima negara berkembang yang berpengaruh yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, yang bertujuan memperkuat suara negara-negara berkembang di hadapan dominasi-dominasi negara maju alias Global South alias Barat.
“Maka ketidakpastian global akan berpengaruh terhadap ketidakpastian regional. Ketidakpastian regional akan berpengaruh terhadap ketidakpastian nasional. Dan ini akan berpengaruh terhadap ketidakpastian pengusaha lokal,” ujar Jarot.
Jarot menekankan, dalam menghadapi era ketidakpastian ini para pengusaha harus memiliki bekal yang cukup dan harus memahami arah angin supaya bisnis bisa bertumbuh. Langkah itu dilakukan supaya para pengusaha memahami mana bisnis yang bisa bertumbuh dan mana bisnis yang cenderung mati.
“Dengan adanya ketidakpastian ini maka tidak ada dalil kekalahan, selain perintah untuk segera melakukan perbaikan. Bersiap untuk menghadapi tantangan-tantangan itu agar kita bisa menang di pertempuran berikutnya,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut Jarot membeberkan kunci utama yang menjadi pondasi para pengusaha, yakni pengusaha harus memiliki pola pikir bertumbuh (growth mindset). Ia terinspirasi dari psikolog serta Profesor Lewis and Virginia Eaton Stanford University, Carol Susan Dweck, dalam bukunya Growth Mindsite, bahwa orang sukses harus memiliki lima hal dalam pola pikir.
Pertama, keinginan selalu belajar dan bertumbuh. Pengusaha memiliki semangat dalam mencari dan siap menerima semua ilmu dari mentor atau guru terkait hal yang dipelajarinya. Bagaikan gelas kosong yang siap diisi air apapun, dari manapun.
Kedua, cara merespon dan menyukai tantangan. Jarot mengungkapkan, dalam menghadapi tantangan, bisnis harus memiliki pondasi empat pilar yang kuat, yaitu finansial, pemasaran dan penjualan, proses bisnis dan sumberdaya manusia. “Empat pilar ini harus bersamaan dan beriringan,” ujarnya.
Ketiga, pantang menyerah dalam menghadapi tantangan. Para pengusaha sukses menyebutkan untuk meraih keberhasilan tidak bisa dicapai secara instan. Perlu ada semangat dan kemauan untuk mencapai hal itu. Dalam berbisnis, Jarot mengatakan kegagalan dan kendala bakal dihadapi, namun jangan pantang menyerah.
Keempat, mencari solusi di setiap persoalan. “Setiap ada masalah, pengusaha harus bisa mencari solusi dengan cara berdiskusi, bersinergi dan berkolaborasi dengan siapapun,” ujar Jarot.
Kelima, melihat dan belajar dari kesuksesan orang lain. Para pengusaha bisa mengambil pelajaran dari kompetitor perusahaan-perusahaan besar yang selaras dengan bisnis yang digeluti. Misalnya, siapa kompetitor terbesar di bidang teknologi, terlaris, termurah, terlama, terdekat. Para pengusaha bisa belajar dari kompetitor tersebut.
“Mulai dari kompetitor yang terbesar, apa yang bisa kita pelajari, bagaimana kita bisa menuju ke yang terbesar. Yang termurah, bagaimana kita bisa mendapatkan harga pokok penjualan yang rendah sehingga kita bisa menjadi yang termurah. Kita belajar dengan cara audit kompetitor,” pungkasnya.
Acara kopdar HPL Jatim juga dihadiri Komunitas Kita Bisa Afiliator. Komunitas tersebut diinisiasi oleh pakar bisnis online, dan juga pengurus DPW LDII Jatim, Biro Ekonomi Pemberdayaan Masyarakat (EPM), Jefri Sumardiono. Menurutnya acara tersebut untuk membuka jaringan antara pengusaha dan para afiliator, sekaligus membuka peluang lapangan kerja bagi warga LDII.