Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ubaidah, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur menghelat Safari Ramadan dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda), pada Kamis (21/2). Kegiatan tersebut menjadi ajang silaturahim para pejabat pemerintah di Nganjuk dengan para tokoh agama dan masyarakat.
Dalam kesempatan itu, Pengasuh Ponpes Al Ubaidah Habib Ubaidillah Al Hasany, memberikan bantuan sosial kepada 350 kaum duafa dan anak yatim-piatu. Ia mengatakan, membantu fakir miskin dan yatim piatu di sekitar Ponpes Al Ubaidah merupakan tradisi tahunan yang dilaksanakan KH Nurhasan Ubaidah pendiri pondok pesantren tersebut.
“Kami melanjutkan tradisi yang baik ini, dengan setiap tahun memberikan bantuan kepada fakir miskin dan anak yatim piatu. Sebagaimana KH Nurhasan dahulu gemar membantu warga di sekitar pondok pesantrennya,” tutur Habib Ubaid.
Menurutnya, kewajiban mereka yang mampu dan berkemampuan adalah membantu kaum duafa dan anak yatim piatu, “Ini merupakan tanggungjawab yang akan dipertanyakan di akhirat nanti. Untuk itu, kami menunaikan kewajiban kami. Sekaligus sebagai bentuk kepedulian dan kesetiakawanan sosial sebagai sesama umat Islam,” imbuhnya.
Ia menekankan menahan lapar merupakan ujian yang berat, apalagi menanggung beban akibat bencana, “Saat menjalankan puasa, masih ditimpa musibah dan gagal panen tentu sangat berat. Ini menjadi pelajaran kehidupan. Maka orang yang keberatan masalah makan dan musibah adalah tanggung jawab kita semua,” ujar Habib Ubaid usai kegiatan Safari Ramadan.
Ia pun menambahkab, Ramadan mampu mengikat kembali dan menguatkan kesetiakawanan serta kepedulian sosial. Agar semua pihak lebih peduli dengan sekitarnya. Ramadan ini juga menjadi perekat kembali persatuan dan kesatuan bangsa, usai Pemilu, “Setelah Pemilu selesai tidak ada lagi Indonesia 01, Indonesia 02, Indonesia 03. Tapi semua satu, berkomitmen Indonesia yang satu,” pungkasnya.
Ketua DPW LDII Jawa Timur KH Moch Amrodji Konawi dalam acara tersebut mengatakan tradisi Ramadan yang dilakukan Ponpes Al Ubaidah Kertosono perlu dicontoh oleh pesantren lainnya. Menurutnya memberi santunan anak yatim piatu dan fakir miskin bisa dilakukan kapanpun karena ini merupakan perintah Allah dan Rasulullah. Sebagaimana tertulis di kitab suci Alquran QS: Al Maun [1-3].
“Orang yang mendustakan agama itu adalah orang yang meninggalkan anak yatim dan dia juga tidak memberi makan dan nafkah kepada fakir miskin. kita jangan sampai tergolong orang yang mendustakan agama,” tegas Amrodji.
Ia berharap kegiatan positif yang dilakukan Ponpes Al Ubaidah Kertosono itu bisa dilakukan oleh Ponpes yang lain untuk membantu saudara muslim, anak yatim piatu dan fakir miskin.
Sementara itu, Wakil Kepala Polisi Resor (Wakapolres) Nganjuk, Kompol Subiyantana sepanjang Ramadan ini, situasi di wilayah Kabupaten Nganjuk aman dan kondusif, “Warga dengan aman dapat melaksanakan ibadah di bulan Ramadan. Warga antusias melaksanakan ibadah,” ujarnya.
Namun, pihaknya mengingatkan sepanjang Ramadan hingga nanti terjadi arus mudik, agar berhati-hati. Kompol Subiyantana mengimbau untuk menekan fatalitas kecelakaan, bagi pengendara sepeda motor harus mengenakan helm. Sementara mereka yang menggunakan kendaraan beroda empat, agar tidak main ponsel saat mengemudi, “Apalagi berkendara sambil mabuk. Ini sangat meningkatkan risiko kecelakan,” tegasnya.
Terkait dengan maraknya tawuran antarperguruan silat di Nganjuk, pihaknya telah berkoordinasi dan berkomunikasi dengan 18 perguruan silat yang ada di kabupaten itu. Polres Nganjuk terus meningkatkan kegiatan dan silaturahmi bersama, dengan para ketua perguruan silat.
“Dengan melaksanakan kegiatan bersama, komunikasi terus terjalin. Sehingga para ketua bisa sinergi dan meminta jajaran perguruan di bawahnya, agar dalam setiap kegiatan mematuhi aturan yang ada dan berkomitmen membangun suasana yang aman di Kabupaten Nganjuk,” pungkasnya.