Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah Kediri meluncurkan smart card atau kartu pintar bagi para santri. Dalam peluncuran tersebut Ponpes Wali Barokah Kediri menggandeng Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Teknologi Kartu Indonesia (TKI), Kamis (7/3).
Sejumlah pejabat ikut hadir dalam acara tersebut, diantaranya Ketua DPP LDII Ardito Bhinadi, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Kediri Bagus Alit, Ketua Yayasan Wali Barokah H Achmad Fawwaz Abd Aziz, Kepala Kemenag Kota Kediri Moh Qoyyim, Kepala OJK Kediri Bambang Supriyanto, Vice President Islamic Ecosystem Grub BSI Emir Syafial, Kepala Dinkop-UMTK Bambang Priambodo, Kepala Bagian Kesra Pemkot Kediri Ahmad Jaunudin, Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indoensia Kediri C.T. Wibowo.
Ketua Yayasan Wali Barokah H Achmad Fawwaz Abd Aziz dalam sambutannya mengatakan program smart card telah direncanakan sejak 2021, namun baru bisa terealisasi tahun ini. Smart card berfungsi untuk transaksi non tunai, absensi, hingga makan para santri.
“Anak-anak tidak memegang cash, beli juga tidak pakai cash, dan jajan harian juga dilimit. Sehingga anak-anak membiasakan diri hemat mengeluarkan uang sesuai kebutuhan,” kata Fawwaz.
Ia berharap terobosan digitalisasi tersebut menambah jumlah pesantren di Kota Kediri yang mengintegrasikan kegiatannya dengan teknologi. “Kami menginginkan anak-anak pesantren tidak gaptek, minimal terbiasa dengan cashless dan smart card,” pungkasnya.
Memperkuat pernyataan Ketua Yayasan Wali Barokah, Ketua DPP LDII Ardito Bhinadi mengatakan langkah yang dilakukan Ponpes Wali Barokah Kediri merupakan salah satu wujud implementasi MoU antara DPP LDII dengan BSI.
“Kemungkinan besar bisa diterapkan di pesantren-pesantren naungan LDII di seluruh Indonesia,” kata Ardito.
Ardito menambahkan, LDII menggaungkan 8 klaster pengabdian LDII untuk Bangsa. Dua diantaranya yaitu di bidang ekonomi syariah dan teknologi digital, sebagaimana yang sudah dilakukan Ponpes Wali Barokah Kediri saat ini.
Pada kesempatan yang sama, Sekda Kota Kediri Bagus Alit mengapresiasi Ponpes Wali Barokah. Menurutnya, apa yang dilakukan Ponpes dalam naungan LDII ini merupakan inovasi yang akan membawa pondok pesantren berbasis digital pada transformasi pendidikan santri di era modern.
“Selain itu, juga merupakan langkah positif dalam meningkatkan literasi keuangan dan mendorong cashless society di lingkungan pesantren,” kata Bagus.
Ia mengemukakan, perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan termasuk transaksi keuangan. Pemerintah daerah pun tidak terlepas dari perubahan-perubahan yang memanfaatkan kemajuan teknologi.
Menurutnya, transaksi non tunai semakin populer dan menjadi pilihan banyak orang karena lebih praktis, aman dan efisien.
“Tapi soal aman ini juga tetap hati-hati. Misalnya kalau pakai kartu supaya password_nya hati-hati jangan di-share. Kalau pakai _QRIS terkadang QR Code diganti. Pernah kejadian, kotak amal QR code nya diganti akhirnya masuk ke rekening orang tidak bertanggung jawab. Meskipun kemajuan teknologi, kehati-hatian juga perlu sekali,” tuturnya.
Ia berharap dengan adanya smart card dan transaksi non tunai, para santri semakin bijak dalam mengelola keuangan dan terhindar dari berbagai macam resiko transaksi keuangan.
Bagaimana cara mengurus bsi smart card untuk pesantren