Dalam melakukan dakwah hal pertama kali yang harus dilakukan adalah membangun hubungan baik atau silaturahim terhadap orang di sekitar kita. Sebagai mubaligh dan mubalighot juga harus bisa bermasyarakat, bertegur sapa pada tetangga, ketua RT, RW, dan tokoh masyarakat sekitar.
Ketika bertemu orang tegur sapalah orang tersebut, ucapkan salam dan ajak berbicara yang baik, tidak perlu membahas ceramah dahulu.
Hal ini disampaikan Prof. Dr. H. Moh. Ali Aziz, M.Ag., dalam Diklat Metodologi Dakwah LDII Provinsi Jawa Timur di Aula Ponpes Sabilurrosyidin, Surabaya, Minggu (7/2).
Aziz mengatakan, dakwah yang sukses ditentukan dari akhlak penceramahnya, bukan hanya isi ceramahnya. Bersilaturahim atau melakukan hubungan kemanusiaan tidak perlu membahas tentang ceramah dulu. Hal pertama yang dipandang adalah akhlak penceramah.
“Lebih baik mana, Kita duluan yang menyapa atau disapa? Ya pasti lebih baik kita yang menyapa. Apa salahnya kita menyapa duluan? Ini kelihatannya sepele namun ini adalah ibadah” tutur Aziz.
Aziz mengungkapkan, orang yang melakukan silaturahim tidak ada ruginya namun keuntungannya banyak sekali. Seperti yang di sabdakan Nabi Muhammad SAW, “Jika ingin memiliki umur yang panjang maka perbanyaklah silaturahim”.
Metode ini disebut sambung rasa sebelum mensyiarkan agama dan membuat hubungan baik kepada orang lain. Sehingga ceramah kita bisa merasuk dan bisa diterima oleh orang tersebut karena kita sudah berbuat baik.
“Hal inilah yang diingat oleh mereka, karena kita sudah berbuat baik kepadanya, akhlak kita baik kepada mereka, sehingga ceramah kita bisa merasuk dan diterima,” ungkap Aziz.
Diklat Metodologi Dakwah ini diikuti 200 Mubaligh LDII dari Surabaya, Sidoarjo dan Gresik.
Penulis : Sofyan Gani
Editor : Widi Yunani