Sebanyak 25 kader LDII Kota Kediri mendapat kesempatan mendapat ilmu tentang Jurnalistik dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Sabtu (19/2). Materi yang disampaikan diantaranya peran PWI sebagai organisasi kewartawanan resmi, jenis dan ragam media, teknik penulisan berita, serta penggalian berita dan pembuatan konten berita.
Pelatihan berlangsung di kantor DPD LDII Kota Kediri. Ketua DPD LDII Kota Kediri, Agung Riyanto bersama Ketua PWI Bambang Iswahyoedhi hadir membuka pelatihan tersebut.
Agung Riyanto mengatakan pentingnya peran media bagi LDII sebagai organisasi dakwah. Menurutnya, di era digital seperti saat ini dakwah tidak hanya dilakukan di majelis-majelis taklim, akan tetapi juga menggunakan media yang berpotensi menjangkau warga hingga ke pelosok.
“Media sangat penting untuk sarana berdakwah LDII, selain sebagai media untuk menyampaikan kegiatan, juga pergeseran dakwah dengan media saat ini sangat tepat agar dakwah bisa diterima masyarakat secara meluas,” ujar Agung.
Menurut Sekretaris PWI Kediri, Yusuf Abidin, LDII sebagai organisasi besar memiliki potensi besar dalam penyebaran informasi publik. Berbekal sumber daya manusia yang mumpuni serta jejaring yang sudah mengakar hingga pelosok Indonesia, dia yakin LDII mampu menjadi salah satu media besar dan menyampaikan informasi strategis kepada masyarakat.
“LDII ini punya potensi yang besar. Organisasi besar dan memiliki banyak sekali sumber daya. Ini harus dimaksimalkan,” pungkas Yusuf.
Yusuf menambahkan, LDII Kediri siap menjembatani bagi siapapun yang ingin belajar jurnalistik langsung dari PWI. “Kami membuka diri bagi siapa saja yang ingin mengetahui lebih jauh tentang kejurnalistikan,” imbuhnya.
Setelah mengikuti rangkaian materi yang disampaikan para narasumber, giliran para kader LDII mempraktikkan apa yang sudah mereka simak sebelumnya.
Selama 30 menit, mereka diminta membuat naskah berita tentang pelatihan yang sedang mereka ikuti. Bahkan untuk penyemangat, panitia juga sudah menyediakan hadiah bagi tiga naskah terbaik.
Rizqullah Amin, salah satu peserta, mengatakan meski materi yang disampaikan terdengar mudah, namun ternyata cukup sulit saat diminta mempraktikkan menulis sebuah berita.
“Kalau tadi materi yang disampaikan sebenarnya gampang. Tapi ternyata saat menulis, butuh pengolahan kata juga. Butuh pembiasaan,” ujar Rizqullah.
Nantinya Rizqullah juga berharap bisa mendapatkan pelatihan cara menulis lebih banyak lagi, sekaligus menambah wawasan serta pengalaman menjadi seorang jurnalis.
“Tadi yang kurang, mungkin perlu diberi materi tentang cara mengawali penulisannya juga,” ungkapnya.