Generasi muda merupakan aset berharga bagi perkembangan bangsa. Di tangan para generasi muda pula masa depan bangsa ini diserahkan, maka keberhasilan dan kemajuan bangsa pada masa yang akan datang itu tercermin dari perilaku dan kualitas generasi mudanya saat ini.
28 Oktober 2020 menjadi momentum untuk merefleksi peran generasi muda sejak puluhan tahun silam. Jika kita melihat jejak historis gerakan-gerakan perubahan bangsa tidak terlepas dari inisiasi generasi muda dalam menghendaki perbaikan kondisi bangsa. Sumpah pemuda menjadi awal timbulnya rasa persatuan untuk lepas dari berbagai macam bentuk penjajahan, berlanjut pada masa menjelang proklamasi dengan agenda “Rengasdengklok” dan puncaknya adalah reformasi tahun 1998.
Kini, tak dapat kita pungkiri bahwa kualitas generasi muda sebagian sudah tergerus oleh hal-hal yang negatif. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi kadang tidak diimbangi dengan pola berpikir dan bertindak yang bijak. Dalam bermedia sosial contohnya, kadangkala tidak digunakan sebagai wadah menuangkan ide-ide positif dan karya nyata. Namun, alih-alih digunakan untuk sekadar menjadi wadah aktualisasi diri, demi sebuah kata “viral”. Ujung-ujungnya, celotehan kata-kata kotor maupun konten yang tak bermanfaat kerap kita jumpai di berbagai media sosial.
Di sisi lain, ancaman pandemi Covid-19 yang melanda bangsa Indonesia saat ini, tentunya membutuhkan gagasan konstruktif dari generasi muda untuk melahirkan sebuah konsep sistematis dan kritis sebagai solusi terbaik untuk segera keluar dari ancaman pandemi ini.
Seperti kita ketahui, butir-butir Sumpah Pemuda menekankan pada rasa persatuan. Dalam konteks upaya menghadapi ancaman pandemi, dibutuhkan persatuan dan akhlak yang kuat sebagai landasan fundamental terutama oleh para pemuda. Sebab, pandemi ini merupakan masalah bersama yang tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja.
Menjawab tantangan tersebut, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) sebagai ormas dakwah berupaya membantu pemerintah dalam rangka meningkatkan moral serta rasa persatuan generasi emas bangsa ini. LDII telah lama menyusun program andalan yaitu “Tri Sukses Generasi Penerus”.
Salah satu tokoh pemuda LDII sekaligus Sekretaris DPW LDII Jawa Timur, Bambang Raditya Purnomo menjelaskan bahwa generasi penerus yang memiliki tri sukses adalah generasi muda bangsa yang alim faqih, berakhlakul karimah dan memiliki kemandirian. “Kami berharap para pemuda bisa meningkatkan peranannya dalam membangun bangsa dengan meningkatkan karakter profesional religius menyongsong masa yang akan datang,” tambah Bambang Raditya.
Penjabaran Tri Sukses Generasi Penerus antara lain, pertama, LDII berusaha mencetak generasi muda yang memiliki ilmu dan kepahaman agama sehingga target yang LDII ingin capai ialah anak muda dapat mengerti dan memahami kedudukan dirinya sebagai hamba Allah SWT. Mereka dituntut untuk melaksanakan kewajiban yang tidak bisa diwakilkan kepada siapapun dan ditunda sesaat pun, yaitu beribadah kepada Allah. Mengerti dan memahami peraturan Allah dan Rasul berupa perintah, larangan, halal haram, dosa, pahala, surga dan neraka. Mengerti dan memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk beramar ma’ruf nahi munkar.
Kedua, LDII berusaha mencetak generasi muda yang memiliki akhlaqul karimah sehingga generasi muda Indonesia memiliki karakter, sopan santun, tata krama, dan budi pekerti yang luhur yang menjadi ciri khas bangsa ini. Dengan demikian generasi Indonesia dapat mengamalkan nilai-nilai yang terkadung dalam Pancasila, sila ke-2, kemanusiaan yang adil dan beradab. Adapun langkah yang ditempuh LDII dalam membina mental anak bangsa ialah dengan pengkajian dalil Alquran dan hadits, tata krama, nasehat agama, maupun simulasi budi pekerti.
Ketiga, LDII berusaha mencetak generasi muda yang memiliki kemandirian. LDII berkomitmen menumbuhkan generasi yang dapat hidup denga mandiri, tidak tergantung pada orang lain. Cara yang ditempuh, salah satunya ialah dengan mengadakan pelatihan kewirausahaan.
Untuk menyukseskan program Tri Sukses, LDII telah menyusun sebuah konsep dakwah. Konsep dakwahnya dikemas dengan sangat profesional. Selain itu juga terus mengikuti perkembangan zaman. Program pembinaan yang ada di lingkup LDII sangat terstrukur, jelas dan berkesinambungan. LDII melakukan pembinaan mulai dari tingkat DPP, DPW, DPD, PC hingga PAC. Pembinaan LDII merata dari Sabang sampai Merauke.
Untuk menambah kegiatan positif, generasi penerus LDII membiasakan diri mengikuti beragam pengajian dimulai dari tingkat caberawit (usia PAUD sampai SD kelas 6), pra remaja (usia SMP), remaja (SMA ke atas sd usia 30 tahun yang belum menikah). Selain pengajian berbasis masjid, generasi muda LDII juga terbiasa mengikuti kajian pengkhataman Alquran dan hadits di berbagai pondok pesantren binaan LDII.
Seluruh program pembinaan tersebut dilakukan agar generasi penerus LDII bisa menjadi generasi harapan bangsa. Generasi yang profesional religius. Sebab, mereka inilah yang akan menjadi generasi emas di tahun 2045.