Semangat reformasi yang digaungkan sejak 25 tahun lalu belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Tantangannya adalah menginternalisasikan kepada generasi penerus sejak usia dini. Untuk itu diperlukan pembangunan wawasan kebangsaan yang kuat bagi seluruh elemen bangsa guna menyongsong era Indonesia Emas 2045.
Hal itu disampaikan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo saat menerima kunjungan Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso beserta jajarannya di Kompleks Widya Chandra, Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa (17/10).
“Perbaikan masih banyak yang harus kita kejar. Ternyata pascareformasi keadaan kita tidak semakin baik sebagaimana yang diimpikan pada saat reformasi,” ujarnya.
Menurutnya, setiap sendi-sendi kehidupan demokrasi masih dalam perbaikan. “Kehidupan demokrasi masih dalam perbaikan, kehidupan ekonomi kita juga masih dalam pemantapan, kehidupan masyarakat yang berkeadilan, kemiskinan dan kebodohan, kita masih bergelut di situ,” ujar politisi Partai Golkar itu.
Pria yang akrab disapa Bamsoet itu menegaskan, untuk mencapai reformasi yang diinginkan membutuhkan waktu yang panjang. “Sebenarnya kita mempunyai ekspektasi tinggi saat reformasi agar bisa mendongkrak ke arah yang lebih baik. Tapi semua itu memerlukan waktu dan perlu penyesuaian dari berbagai pihak. Kita membutuhkan proses agar benar-benar matang dan membumi,” tambahnya.
Menurut pandangannya, pendapatan per kapita dan literasi pendidikan yang masih rendah menjadi salah satu faktor penyebabnya. “Pilihan demokrasi kita menurut pribadi saya, belum waktunya kesana. Karena income per kapita kita masih rendah dan literasi pendidikan kita masih rendah dibandingkan dengan nilai-nilai Barat, yang demokrasinya bisa maju karena masyarakatnya juga sudah maju,” ujarnya.
Bamsoet menambahkan membangun wawasan kebangsaan harus dilaksanakan masif agar dapat menjangkau seluruh elemen masyarakat dan mengisi setiap ruang publik. Dan yang tidak kalah pentingnya, membangun wawasan kebangsaan harus dilaksanakan secara berkesinambungan, agar tertanam kuat dan tidak mudah goyah oleh arus perubahan zaman” pungkas Bamsoet.
Dalam pertemuan itu, Bamsoet mengapresiasi kontribusi yang memperkuat nilai-nilai kebangsaan, “Saya mengapresiasi kontribusi LDII yang gerakannya selalu pada nilai-nilai kebangsaan, pertanian, sumberdaya alam, SDM dan seterusnya. Tidak hanya bicara tentang agama tapi juga bicara soal kehidupan yang berkeadilan, kesejahteraan dan memerangi kebodohan,” tutupnya.
Sementara, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengatakan ormas Islam sebagai masyarakat madani (civil society) memilik peran dalam memperkuat semangat Reformasi.
“Komunikasi seperti ini dalam rangka menyamakan visi dan persepsi, supaya sikap kita dalam menangani negara dengan kesepakatan yang sudah disepakati ini sinkron,” paparnya.
Menurut KH Chriswanto, ketika semangat reformasi masih jauh dari yang diharapkan, maka dibutuhkan uluran tangan seluruh komponen anak bangsa. “Yang kurang kita perbaiki bersama, yang lebih kita pertahankan sehingga kita bisa menuju ke arah kesepakatan dengan damai,” tegasnya.
Terkadang, lanjut KH Chriswanto, demokrasi sering dikonotasikan bebas dalam menyampaikan pendapat. Sehingga kadangkala cara mengatasi perbedaan menggunakan kekerasan. “Komunikasi seperti ini adalah sarana yang efektif sehingga dapat menghindari hal-hal yang memberikan dampak negatif kepada bangsa dan negara,” urainya.
KH Chriswanto memaparkan, pertemuan itu bagian dari “Road to Rakernas” sekaligus mengundang Ketua MPR RI itu menjadi pembicara dalam Rakernas LDII yang akan diselenggarakan November mendatang.
“Kami sebagai salah satu kekuatan civil society yang mengurusi rakyat tentu kami perlu berkomunikasi, salah satunya sarana yang kami gunakan adalah pelaksanaan Rakernas nanti. Maka kami mengundang Pak Bamsoet dalam Rakernas untuk memberikan wawasan kepada kami,” tuturnya.
Terhadap permintaan LDII tersebut Bambang Soesatyo mendukung pelaksanaan Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) 2023 yang akan digelar pada tanggal 7-9 November 2023 di Jakarta. “Insya Allah saya akan hadir,” ujar Bamsoet.