Saat lawatan ke Pondok Pesantren Walibarokah, Burengan, Kediri, Ketua Umum Asosiasi Dai se-Indonesia, Prof. Dr. KH. Ali Aziz, M.Ag dan Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Prof. Dr. H. Ali Mufrodi menyempatkan untuk memberikan materi metodologi dakwah.
Materi ini bisa digunakan untuk meningkatkan kompetensi para santri di Pondok Pesantren yang menjadi binaan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII).
“Syarat menjadi mubaligh dan mubalighot yaitu suara harus jelas, penuh percaya diri, dan antusias dalam berdakwah. Selain itu, badan haruslah sehat. Kemudian ciptakan hubungan sambung rasa dalam berdakwah agar jamaah dapat memahami intisari dari dakwah yang kita sampaikan,” tegas Ali Aziz dalam ceramah metodologi dakwah di Pondok Pesantren Walibarokah, Minggu, (10/1).
Ali Azis menambahkan bahwa pemilihan kata juga harus diperhatikan. Kata yang disampaikan dalam dakwah haruslah dipilih dengan matang dan tepat agar jamaah dapat menangkap maksud dakwah dengan cepat. Sehingga jamaah dapat mengolah sendiri kata per kata yang disampaikan oleh mubaligh dan mubalighot.
Dalam kesempatan itu Ali Mufrodi berpesan kepada santri dan santriwati supaya tetap meluruskan niat karena Allah. Kemudian, dalam berdakwah materi haruslah disiapkan dan disesuaikan dengan latar belakang jamaahnya.
“Jangan lupa, dakwah itu harus berkelanjutan. Tidak bisa hanya sekali ataupun dua kali saja. Dan bagi mubaligh dan mubalighot haruslah mempunyai akhlak yang baik. Agar dakwah yang disampaikan sama dengan yang kita lakukan sehari-hari,” papar Ali Mufrodi.
Dalam berdakwah sebenarnya hanya memberikan pencerahan dan peringatan bagi umat Islam. Karena terkadang umat Islam lupa atau bahkan tidak tahu dalam hal ilmu agama. Itulah, yang menjadi tugas para mubaligh untuk memberikan petunjuk.
Jadi, para santri dan santriwati yang menimba ilmu di pondok pesantren haruslah mempunyai motivasi yang tinggi untuk memperjuangkan agama Islam yang rahmatan lil’alamin.
“Kasih sayang adalah kunci dalam memberikan dakwah Islam. Itu menunjukkan kepedulian umat Islam kepada sesama dan antar agama,” terang Dr. H. Sahid HM, M.Ag yang masih aktif sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UINSA Surabaya. (Fauzi)