Raden Ajeng Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Kisah hidup Kartini banyak mengajarkan kepada kaum perempuan tentang kesetaraan hak. Karena pada dasarnya, kesetaraan hak merupakan wujud emansipasi wanita. Lantas, bagaimanakah sosok Kartini masa kini?
Perempuan saat ini, tidak hanya bicara soal bekerja dan meraih kesuksesan, akan tetapi juga dapat mencintai dan menghargai dirinya sendiri. Perempuan bisa menerapkan dengan memperkaya diri melalui ilmu, wawasan, pengalaman dan dapat mengembangkan potensi dalam diri. Namun tak dapat dipungkiri, peran perempuan sebagai Kartini masa kini, tidak dapat terlepas untuk menyeimbangkan waktu antara bekerja dan keluarga.
Menurut salah satu pengurus Biro KIM DPW LDII Jawa Timur, Widi Yunani, Kartini masa kini adalah sosok perempuan yang harus tangguh menghadapi perubahan zaman. Di era maraknya media sosial, perempuan tak selayaknya hanya ikut-ikutan tren agar menjadi viral tapi tanpa pesan positif yang disampaikan. Perempuan harus sebisa mungkin memiliki karya atau keahlian tertentu, terlebih bila bisa mendatangkan manfaat ekonomi bagi diri dan keluarga.
“Perempuan masa kini harus makin sadar bahwa kekuatan adab dan moral harus makin dipegang teguh. Tidak ikutan tren, bukan berarti kuno,” ujar Widi.
Kartini masa kini dapat dicerminkan pada perempuan berkarir. Menurut Widi, perempuan berkarir adalah sebuah kenyataan yang patut disyukuri. Seorang istri yang berkarir, baik itu bekerja pada instansi ataupun memiliki usaha sendiri, justru berdampak positif bagi diri dan keluarga. Ketika perempuan bekerja, ada tambahan penghasilan yang bisa menambah pemasukan keluarga. Dengan demikian, kesejahteraan keluarga bisa diupayakan bersama antara suami dan istri. Kesejahteraan keluarga yang terjamin akan memperlancar ibadah keluarga tersebut.
“Bagi perempuan yang belum berkeluarga, berkarir adalah upaya memenuhi kebutuhan hidup. Dengan berkarir, perempuan single tak lagi membebani orang tua. Namun justru bisa membantu meringankan beban orang tua,” tambah Widi.
Menurut Widi, memiliki penghasilan sendiri sebelum menikah juga bisa menjadi sarana memperlancar ibadah yakni infaq dan sodaqoh menjadi lancar.
“Dalam hal pekerjaan, seorang perempuan harus memilih pekerjaan yang halal, sebab apapun yang ia makan dari hasil yang haram, akan menjadi darah yang mengalir ke seluruh tubuh. Kemudian efeknya akan berpengaruh pada perilaku perempuan tersebut,” pungkasnya.