Kecaman demi kecaman muncul di seantero dunia mengenai pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron terkait umat Islam. Pernyataan itu disampaikan Macron akhir dua pekan lalu setelah aksi pembunuhan terhadap guru sejarah Samuel Paty terkait karikatur Nabi Muhammad SAW di majalah satire asal Prancis, Charlie Hebdoo.
Seperti halnya umat yang lain, umat muslim juga menolak pada tindakan kekerasan. Namun menggambarkan Nabi Muhammad SAW lewat sebuah karikatur merupakan suatu bentuk kekerasan.
Tak hanya sekali, majalah Charlie Hebdo menjadi sorotan dunia lantaran publikasinya yang menuai kontroversi. Sebelumnya pada tahun 2006 majalah Charlie Hebdo juga membuat karikatur Nabi Muhammad.
Majalah Charlie Hebdo pertama kali didirikan pada tahun 1970, dan sempat berhenti beroperasi pada Desember 1981. Hingga pada tahun 1992, Charlie Hebdo kembali beroperasi, dan menerbitkan publikasi pertamanya yang berhasil terjual 100 ribu eksemplar.
Setelah dianggap melukai umat Islam, Macron kembali angkat suara di mana ia mengaku dapat memahami perasaan muslim sedunia. Dalam wawancara yang dilakukan saluran TV berbasis di Qatar, Al Jazeera, untuk meredakan kemarahan umat Islam, Macron memberikan pemaparan mengenai maksud ucapan sebelumnya dengan nada yang lebih lembut.
“Saya bisa mengerti bahwa orang bisa dikejutkan oleh karikatur itu, tetapi saya tidak akan pernah menerima bahwa kekerasan bisa dibenarkan,” katanya, Sabtu (31/10).
“Saya menganggap itu tugas kami untuk melindungi kebebasan kami dan hak-hak kami,” tambahnya dalam kutipan wawancara tersebut.
Terkait pernyataan Macron yang pertama hingga memicu kemarahan muslim di dunia, termasuk pemboikotan dari negara-negara Timur Tengah, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pada Sabtu lalu, “Indonesia mengecam keras pernyataan Presiden Prancis yang menghina agama Islam, yang telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia.”
Menurutnya, pernyataan Macron tersebut telah melukai perasaan jutaan umat Muslim di dunia dan dapat memecah persatuan umat beragama. Sementara, kata Jokowi, dunia saat ini seharusnya bersatu dalam menghadapi pandemi virus corona (Covid-19).
Selain merespons celotehan Macron, mantan Wali Kota Solo itu juga mengecam tindakan kekerasan yang terjadi di sejumlah kota di Prancis.
Jokowi juga menekankan tindakan radikalisme dan terorisme merupakan perbuatan tercela dan tidak ada sangkut pautnya dengan agama manapun. Ia pun meminta rakyat Indonesia tetap memegang kesakralan nilai agama tanpa menghubungkan dengan aksi radikal.
LDII sebagai Ormas Islam menjunjung tinggi nilai Islam yang Rahmatallilalamin, sebagai agama yang damai menolak semua bentuk kekerasan apapun alasannya
Ketua DPW LDII Jawa Timur, H. Moch. Amrodji memberikan sikap ihwal kondisi yang berkembang di Prancis, terkait penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW di Prancis sebagai berikut:
Pertama, LDII menyayangkan pemenggalan kepala Samuel Paty, namun tindakan Paty yang mempertontonkan kartun Nabi Muhammad juga perbuatan yang tidak bisa dibenarkan oleh seluruh umat Islam di dunia.
Kedua, LDII juga menyayangkan dan mengutuk sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang tidak menyalahkan Paty dan Majalah Charlie Hebdo, bahkan sebaliknya justru malah mendiskreditkan dan memberikan stigma terhadap umat dan agama Islam.
Ketiga, LDII menyerukan, Emmanuel Macron harus meminta maaf kepada seluruh umat Islam dunia yang terlukai dengan kebijakan dan pidatonya.
Keempat, LDII mendukung tindakan boikot produk Prancis selama kasus penghinaan terhadap Nabi Muhammad belum diselesaikan. LDII berharap agar boikot ini di laksanakan secara positif, cerdik dan produktif yaitu dengan kampanye konsumsi produk dalam negeri. Selanjutnya, mengurangi atau menghilangkan ketergantungan terhadap produk Prancis termasuk juga produk luar negeri lainnya yang banyak beredar di masyarakat. Kemudian diperlukan peningkatan kualitas SDM agar bisa mandiri. Serta membangun dan memperkuat ekonomi syariah sebagai salah satu jalan mandiri dan mengurangi ketergantungan kepada negara lain.
Kelima, DPW LDII Jawa Timur berharap semua pihak agar berkomunikasi untuk mencari solusi bersama yang terbaik, dengan tetap menjaga perdamaian semua pihak.